Secara pribadi, saya sangat terbantu dengan keberadaan gawai, khususnya smartphone. Dengan smartphone, saya bisa membaca berita di media online, khususnya media massa yang sudah merambah ke digital, seperti Kompas dan Tempo. Ini memudahkan saya dalam mengakses koran Kompas dan majalah Tempo yang sebelumnya (menurut saya), harga versi cetaknya lumayan menguras isi dompet. Dengan harga versi digital, lumayan bersahabat di kantung saya.
Dan bukan hanya itu. Dengan adanya aplikasi Perpustakaan Nasional (iPusnas) atau aplikasi perpustakaan sejenis, setiap warga negara Indonesia dapat meminjam buku digital tanpa dipungut biaya alias gratis dan membacanya dengan mudah di gawai. Saya sangat senang dengan gebrakan inovatif dari pemerintah berkaitan dengan memudahkan setiap warga untuk mendapatkan akses informasi demi memperoleh pengetahuan.Â
Dengan demikian, gawai seharusnya menjadi alat untuk meningkatkan kompetensi diri, bukan sekadar menjadi sumber hiburan semata.
Budaya gemar membaca seharusnya bisa dipupuk dari gawai yang kita punya saat ini.
2. Baca buku-buku yang disukai terlebih dahulu
Mulailah dari yang kita sukai.
Saya selalu menjadikan kalimat sebelumnya sebagai koentji untuk memulai pelajaran di SD waktu saya masih aktif sebagai guru bahasa Inggris.
Dengan mulai dari yang peserta didik sukai, seperti lewat lagu atau permainan, pelajaran akan mudah diserap oleh siswa-siswi.
Begitu juga dengan membaca. Ada beragam jenis buku dan kalau mau menjadikan membaca sebagai hobi, mulailah dari membaca buku-buku yang disukai, entah itu fiksi atau nonfiksi.
Saya beruntung lahir dan besar di keluarga yang menyukai kegiatan membaca, baik itu membaca buku, maupun media-media cetak lainnya, seperti koran (Ayah saya dulu pernah berlangganan tiga sampai empat surat kabar, seperti Kompas, Jawa Pos, Kaltim Post, dan lain sebagainya), tabloid, dan majalah.
Padahal Ayah dan Ibu cuma lulusan SMP. Untungnya, mereka sangat mendukung akan kegiatan membaca. Kalau singgah ke toko buku, Ayah dan Ibu tidak mempersoalkan buku apa yang kami ingin beli. Novel dan komik pun tidak menjadi masalah bagi mereka berdua.
Tak heran, ada banyak rak buku di rumah kami. Tentu saja, rak-rak tersebut berisi berbagai jenis buku, mulai dari novel, komik, majalah, sampai buku-buku dari berbagai disiplin ilmu (kesehatan, bahasa, agama, dan lain-lain). Sampai saat ini, rak-rak dengan beragam buku tersebut masih tersaji dengan apik di rumah kenangan di Balikpapan.