Bicara tentang bermain musik, memang hanya sekadar hiburan bagi saya. Tidak serius. Tidak ada keinginan untuk menjadi pemusik profesional.
Gitar menjadi instrumen musik pilihan saya. Alasan praktis dibawa kemana-mana dan harga yang terbilang terjangkau oleh dompet yang menjadi alasan utama.
Mengunggah ke media sosial seperti YouTube pun hanya sekadar menjadi album video kenangan, karena tidak ada yang tahu sampai kapan hidup ini akan berlangsung.
Saya hanya memainkan gitar secara tunggal atau solo. Istilahnya klasik atau terminologi kekinian sekarang ini adalah fingerstyle. Perpaduan antara melodi dan bas, membentuk harmoni yang, saya harap, cukup 'seiring sejalan'.
Saya tidak mengharapkan apa-apa dari YouTube saya tersebut. Saya tahu diri dengan kemampuan bermain gitar saya yang masih pas-pasan.Â
Berbagai komentar singgah, mulai dari yang mencaci sampai memuji. Semua itu tidak memusingkan saya. Biasa saja.
Komentar dari sekian banyak netizen anonim tersebut tidak menjadi persoalan. Justru berbagai komentar dari orang-orang yang dikenal alias teman yang agak sedikit 'mengganggu'.
'Mengganggu' dalam segi apa?
Misalnya, memberi saran, mulai dari perihal pakaian, background atau latar di belakang saya, pengambilan video, kelengkapan peralatan perekaman, dan lain sebagainya.
Saya sih tidak terlalu ambil pusing dengan tetek bengek semua itu. Saya biarkan berlalu.
Namun di antara semua konco tadi, ada seorang sohib yang mengusulkan sesuatu yang tak pernah saya pikirkan sebelumnya.Â