Hadeeh. Saya malas menanggapi, karena jika meneruskan debat, tidak akan ada gunanya. S tetap akan ngotot mempertahankan pendapatnya.
Memang susah kalau punya saudara atau teman yang merasa dirinya benar, padahal dia tidak pernah mengalami peristiwa yang serupa.
Empati tidak hadir dan logika mati.
S kaget dengan penuturan L yang pernah mengalami dua kecelakaan saat bersepeda motor.
Akibatnya, S mengeluarkan nasihatnya langsung seketika itu juga seperti tanpa berpikir lagi.
S merasa dia sangat berhati-hati dalam mengendarai sepeda motor dan tidak pernah mengalami kecelakaan yang serius. Hanya sebatas jatuh dan luka lecet kecil biasa di tangan atau kaki.
Bagaimana seharusnya bersikap?
Mungkin Anda punya saudara atau teman yang bertingkah laku seperti S, yang suka ngotot, merasa diri benar, dan tidak mau mendengar apa kata orang. Atau Anda sendiri malah seperti S? Semoga saja tidak!
Yang jelas, menurut saya, tindakan S kurang elok. Tidak bisa menjadi panutan dan otoriter dalam berperilaku.
Tiga saran dari saya berikut kiranya bisa menjadi masukan bagi S dan orang-orang lain yang mungkin berperilaku serupa.
1. Menyadari tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini
Siapa sih manusia yang sempurna di dunia ini? Tentu saja, jawabannya gamblang dan terang benderang: tidak ada.
Setiap manusia mempunyai kelebihan dan kekurangan. Ada plus dan minus dalam masing-masing individu.