Kewajiban dalam mengemban tugas yang berat, namun penghargaan dalam bentuk materi (dibaca: uang) tidaklah sebanding dengan kerja keras yang dikeluarkan.
Namun begitu, tak sepantasnya kalau mengajar jadi 'asal-asalan'. Menjadi guru sudah sepatutnya dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Bukan hanya "sekadar menjalankan tugas".
Kedua, Guru Y menyuruh siswa menjiplak langsung dari internet untuk mengerjakan tugas.
Y, guru Bahasa Indonesia di salah satu SMP Negeri di Samarinda menyuruh murid-muridnya untuk mencari jawaban dari pertanyaan, langsung dari internet.
"Bu Y menyuruh kami seperti itu," jawab murid les saya, F, sewaktu saya menanyakan tentang PR-nya yang "tidak masuk akal" itu.
Saya melihat bahwa Y menyuruh peserta didik kelas sembilan SMP untuk mencari contoh kalimat langsung dan kalimat tidak langsung di internet.
"Ibunya cuma melihat sekilas kalimat-kalimat yang kami ambil dari internet," jawab F sewaktu saya menanyakan apakah tugas mereka dinilai atau tidak.
Sudah pasti tidak ada tindak lanjut, tidak ada penilaian, karena sudah jelas Y menganggap semua jawaban dari internet tersebut benar adanya!
Ketiga, Kemudahan mendapat informasi dari internet menyebabkan peserta didik cenderung menerima informasi-informasi tersebut sebagai kebenaran yang mutlak.
Kelangkaan buku di rumah kebanyakan peserta didik dan "pembiaran" penggunaan gawai dalam keluarga menjadi penyebab pendidikan di masa kini, khususnya di Indonesia, seperti jalan di tempat (ketimbang menyebut mengalami kemunduran).
Kebanyakan murid les saya langsung segera mencari jawaban pertanyaan yang tidak bisa mereka jawab dan gawai seperti ponsel yang terhubung ke internet akan menyediakan solusi bagi mereka.