Saya tidak perlu berpanjang kali lebar kali tinggi untuk menjabarkan standar penilaian suatu karangan, karena saya yakin, mereka pernah mendapatkannya sewaktu berkuliah atau ketika mengikuti berbagai seminar yang berhubungan dengan menulis.
Apakah itu hanya menjadi teori di perguruan tinggi dan tidak relevan dalam praktik di dunia nyata? Entahlah.Â
Yang jelas, memberikan nilai berdasarkan sesuatu yang abstrak seperti "perasaan" tidak dapat dijadikan acuan dan tidak bisa dipertanggungjawabkan.
Dan mungkin karena subjektivitas tersebut, ulangan mengarang ditiadakan.
b. Membutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk memeriksa (dibaca: membaca) setiap karangan peserta didik
Waktu adalah sesuatu yang tidak dipunyai oleh para guru saat berhadapan dengan ujian akhir semester peserta didik
Bertumpuknya lembar jawaban dan harus dinilai segera, selambat-lambatnya tiga atau empat hari menyebabkan waktu tidur berkurang, mata berkunang-kunang, kepala pusing, maag kambuh karena terlambat makan (atau malah lupa makan), dan indikasi-indikasi selanjutnya bisa muncul gejala hipertensi dan kroni-kroninya.
Tentu saja tidak ada seorang pun yang menginginkan timbulnya berbagai penyakit karena begadang dan "kejar tayang" berkepanjangan menilai ujian semester peserta didik, bukan?
Memeriksa (dibaca: membaca) setiap karangan peserta didik akan menambah durasi pemeriksaan menjadi lebih molor lagi. Untuk mengoreksi jawaban Pilihan Ganda (PG), Isian, dan Uraian saja butuh waktu yang tidak sedikit, apalagi kalau ditambah ulangan mengarang!
Bagaimana menggiatkan minat mengarang?
Memang setelah menjadi guru dan mengalami sendiri suka duka mengajar, serta kemelut selama ujian semester peserta didik, saya jadi memahami susahnya menjadi guru, terutama saat ujian akhir semester peserta didik.
Ujian mengarang tidak ada dalam ujian akhir semester tidak menjadi persoalan namun mengarang sudah seharusnya menjadi perhatian penting dalam pendidikan karena (lagi-lagi) perihal rendahnya budaya baca dan tulis di Indonesia.
Lalu, bagaimana menggiatkan minat mengarang di kalangan peserta didik dan (juga) pendidik?Â