Mohon tunggu...
Hamdali Anton
Hamdali Anton Mohon Tunggu... Guru - English Teacher

Saya adalah seorang guru bahasa Inggris biasa di kota Samarinda, Kalimantan Timur. || E-mail : hamdali.anton@gmail.com || WA: 082353613105 || Instagram Custom Case : https://www.instagram.com/salisagadget/ || YouTube: English Itu Fun

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Pelajaran Hidup dari 3 Studi Kasus

16 Juni 2023   19:17 Diperbarui: 16 Juni 2023   19:26 472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi(WOKANDAPIX via Pixabay.com)

Dari ayat tersebut, sudah jelas terpampang nyata bahwa ayah dan ibu bertanggung jawab sepenuhnya secara bersama dalam pendidikan anak. Mereka yang merasakan langsung hasil didikan mereka pada sang anak. Sukses atau gagalnya seorang anak dalam menjalani kehidupan tergantung dari bimbingan orangtua sejak dini.

Dalih 'sibuk bekerja' dan 'lelah setelah seharian bekerja' seharusnya tidak menjadi pembenaran bagi para bapak.

Pendidikan buah hati bukan monopoli para emak, tapi juga harus ada andil dari para bapak.

3. Pastikan calon pasangan setia dalam suka dan duka

Menguji seseorang dalam suka tidaklah sukar. Yang menjadi persoalan adalah menguji kesetiaan seseorang dalam proses duka atau kesukaran.

Apakah pasangan tetap setia, mengarungi berbagai kesulitan bersama-sama?

Sayangnya, survei tidak resmi dari saya tidak menunjukkan hal tersebut. Studi kasus 1 dan 2 memperlihatkan kesetiaan yang patah saat duka melanda.

Mungkin Anda bertanya-tanya, kenapa pihak yang tidak setia dalam studi kasus 1 dan 2 adalah perempuan. Dalam hal ini, saya tidak bermaksud mendiskriminasi. Kebetulan, saya menemui kasus-kasus ketidaksetiaan perempuan.

Kaum laki-laki tentu saja juga bisa tidak setia terhadap pasangannya, dan sudah menjadi rahasia umum. Sayangnya lagi, saya tidak mendapatkan kisah pengalaman ketidaksetiaan suami dari para kenalan sejauh ini (Mungkin ada, tapi saya tidak mendapatkan informasi; atau saya tahu, tapi sudah lama kejadiannya, sehingga saya lupa).

Dari studi kasus 1 dan 2, terlihat kalau faktor finansial membuyarkan kesetiaan dalam keluarga. Keinginan "cepat menjadi kaya" dan "tidak mau hidup susah" membuat lupa akan janji nikah.

Oleh karena itu, memastikan karakter setia calon pasangan sebelum menikah adalah suatu langkah bijak untuk mengantisipasi timbulnya kekecewaan di kemudian hari.

Karena memang uang bukan segalanya, tetapi segalanya butuh uang. Apabila uang tidak ada, apakah tetap setia?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun