Saya mengiyakan perintah ayah, meskipun merasa aneh.
"Kenapa bukan ayah yang langsung bilang sendiri seperti kata dokter?"
Tapi saya tidak mengatakan itu.
"Mungkin karena ayah sibuk bekerja, Kan anaknya banyak," pikirku.
Saya pun menuruti apa kata ayah.
Guru olahraga tidak berkata apa-apa. Tidak ada ekspresi yang berbeda di wajah.
Saya kira pak guru mengerti perihal pesan "dispensasi" dari dokter untuk memberikan saya "keringanan" sewaktu mengikuti pelajaran olahraga atau ketika menjalani praktik pengambilan nilai.
Pertemuan pertama, guru masih ingat.
Pertemuan kedua, sudah mulai samar-samar terkait "dispensasi"
Pertemuan selanjutnya dan seterusnya, sudah tak ada perbedaan dengan teman-teman lainnya. Tidak ada perlakuan khusus.
Sebagai pengobatan, suntik obat di pantat satu kali setiap bulan, meskipun secara pribadi, saya tidak merasakan dampak yang signifikan dari obat tersebut.