Gitar? Tidak ada dalam pikiran saya waktu itu.
Masa Dewasa - lebih berwarna
Memasuki masa dewasa dengan kuliah dan kerja, dunia pun jadi lebih berwarna bagi saya.
Impian masa kecil, punya uang sendiri dari hasil kerja keras, lalu bisa punya gitar sendiri.
Terbelilah sebuah gitar yang sederhana namun sangat berharga bagi diri dan juga menemani saat mengajar dulu.
Paling tidak, peserta didik menikmati proses belajar mengajar dari menyanyi diiringi genjrengan gitar.
Sayangnya, sekarang saya memilih ber-solo karir. Bagi saya, kejelasan nasib sebagai guru honorer adalah jelas sejelas-jelasnya. Jauh dari kata sejahtera. Tidak ada masa depan cerah.
Sebelum covid-19, saya merasa pilihan saya untuk menjadi self-employed tidak keliru. Menjadi guru les dengan sambilan jualan online adalah profesi yang saya suka dan tepat adanya.
Sayangnya, covid-19 memorakporandakan tatanan yang ada.
Les saja tidak bisa dijadikan pemasukan andalan. Takut tertular virus Covid-19 menyebabkan berkurangnya jumlah murid les.
Saya tidak bisa menyalahkan para orangtua murid. Saya juga akan melakukan hal yang sama kalau saya berada dalam posisi mereka.
Puji Tuhan, masih ada beberapa orangtua yang meminta saya mengajar les putra-putri mereka, tetapi pendapatan baru sebatas "cukup". Saya ingin ada penghasilan tambahan buat simpanan atau dana darurat. Untuk jaga-jaga jika terjadi apa-apa.