Begitu juga dengan kesuksesan di dalam sekolah YouTube. Tidak ada jalan pintas untuk menggapai keberhasilan yang langgeng berkelanjutan.
YouTube sudah menyediakan aplikasi YouTube Studio yang memudahkan para YouTuber untuk menganalisis statistik setiap video (yang mana yang paling disukai dan yang mana yang kurang diminati), fluktuasi views setiap video per hari, video yang mana yang disukai kebanyakan warganet, pada jam berapa tingkat tertinggi para netizen menyaksikan video-video tersebut, dan lain sebagainya.
Dengan memantau pergerakan grafik dan tren dari setiap video, kita bisa menyesuaikan konten video yang kita akan buat kemudian, yang sekiranya menarik banyak netizen untuk menonton.
3. Action bertubi-tubi dengan konsisten
Mencoba? Bisa dipastikan tidak akan melakukan atau tidak bertahan lama.
Action, tindakan bertubi-tubi. Itulah yang harus dilakukan. Namun, tidak asal ngotot tanpa pertimbangan. Harus punya perencanaan, action plan, kemudian lakukan secara konsisten.
Jangan patah semangat, jangan menyerah melihat hasil yang tidak memuaskan, karena kerja keras akan membuahkan hasil.Â
Seperti sudah disebutkan di poin pertama bahwa tidak ada proses instan untuk mencapai kesuksesan. Kita saja butuh waktu 18 tahun belajar di sekolah dari SD sampai SMA. Tidak bisa lompat langsung ke SMA.
Budaya scroll dan klik smartphone yang menjamur serta menawarkan "kenikmatan" instan seketika menyebabkan kebanyakan orang berpandangan bahwa segala sesuatu harus bisa diperoleh dengan segera.
Padahal untuk mencapai kesuksesan tidak semudah scroll dan klik layar hape. Ada proses "berdarah-darah tak kenal lelah" yang kita harus jalani.
Intinya, kerja keras adalah harga mati. Tidak bisa ditawar lagi. Butuh waktu yang tidak sebentar untuk mencapai kesuksesan. Ini bukan lari jarak pendek, tapi lari jarak jauh. Maraton.
Saya sendiri, di tengah kesibukan mengajar, tetap action bertubi-tubi, konsisten menayangkan satu video gitaran setiap minggu. Sudah hampir dua tahun saya menjalani dengan rutin.