Saya pikir, berpakaian daerah di hari Sumpah Pemuda lebih berkaitan erat karena sesuai dengan bunyi Sumpah Pemuda itu sendiri yang terdiri dari beragam suku yang ada di Indonesia dan bersatu padu demi mewujudkan kemerdekaan Indonesia.
Sudah saatnya mengevaluasi ulang tradisi berpakaian daerah di peringatan hari Kartini, karena perjuangan R.A.Kartini bukan mengarah kepada budaya berpakaian daerah.
2. Ajarkan sumbangsih R.A.Kartini kepada peserta didik
Hal yang sangat memprihatinkan kalau mendengar beberapa murid les yang berada dalam rentang SD sampai SMA adalah mereka tidak mengetahui jasa atau sumbangsih para pahlawan, meskipun perjuangan para pahlawan tersebut sudah sering mereka dengar dan pelajari dari guru di sekolah.
Saya bertanya kepada sejumlah murid les, dan kebanyakan dari mereka tidak tahu jasa-jasa dari R.A.Kartini, Cut Nyak Dhien, Cut Nyak Meutia, Martha Christina Tiahahu, Dewi Sartika, dan lain sebagainya.
Jawaban mereka singkat, "Mereka adalah pahlawan, Pak."
Hanya itu jawaban mereka, tapi sewaktu saya bertanya soal jasa-jasa para pahlawan tersebut, mereka tidak bisa menyebutkan.
Secara pribadi, saya merasa beruntung karena di masa kecil, ada banyak buku di rumah, sehingga kisah hidup para pahlawan, mulai dari sabang sampai merauke, hampir sebagian besar sudah saya baca di buku-buku tersebut.
Orangtua dan guru harus bekerja sama, bahu membahu mengajarkan sumbangsih, jasa-jasa para pahlawan kepada putra-putri penerus kepemimpinan negara ini di kemudian hari.
Jangan sampai mereka malah lebih tahu tentang kehidupan mayoritas artis idola daripada perjuangan para pahlawan. Jangan sampai mereka melupakan sejarah, khususnya orang-orang yang sudah berjasa bagi negara Indonesia ini.
3. Mendidik peserta didik dengan nilai-nilai moral perjuangan para pahlawan, bukan sekadar menghafal saja
Menulis biografi, lalu merekam dalam bentuk video ketika peserta didik membacakan teks biografi R.A.Kartini?
Lumayan menarik, karena dengan begitu peserta didik belajar untuk mengetahui jasa-jasa R.A.Kartini.