Misalnya, Firman (bukan nama sebenarnya) mempunyai kunci jawaban untuk lima nomor pertama yaitu A, C, B, D, A.Â
Sedangkan Lusi (nama samaran) mempunyai kunci jawaban untuk lima nomor pertama yaitu B, A, D, A, C.Â
Reynold mempunyai kunci jawaban untuk lima nomor pertama yaitu C, B, D, C, A.
Oleh karena itu, pada jam satu siang waktu Samarinda, sesudah selesai menganalisis, atas persetujuan Bu Santi, saya menelepon guru kelas Reynold, Bu Linda, untuk menanyakan tentang "kejanggalan" kunci jawaban antara kepunyaan Reynold dan beberapa temannya yang lain. Setiap anak mempunyai kunci jawaban yang berbeda.
Perkiraan saya tentang ini sebelum menelepon adalah:
Nomor soal diacak
Pilihan jawaban diacak
Paket soal setiap peserta didik berbeda
Sayangnya, bukannya menenangkan, Bu Linda merasa kalau saya menyalahkan beliau. Dengan nada tinggi, beliau bersikeras kalau dia tidak tahu-menahu tentang US dan baru tahu di hari pertama pelaksanaan ujian kalau setiap siswa mempunyai soal-soal tersendiri alias tidak sama dengan siswa-siswa lainnya.
Karena capek berdebat dengan Bu Linda, saya mengakhiri pembicaraan (detail ihwal perkara debat tentang apa, akan saya bahas di tulisan terpisah).
Ternyata Bu Linda malah tambah mengeruhkan masalah, karena tidak lama setelah itu, sekitar lima menit kemudian, Bu Linda menelepon Reynold dan menanyakan tentang penyebab kenapa Reynold mendapat nilai yang buruk pada US PPKn. Pengeras suara smartphone sengaja diaktifkan tanpa sepengetahuan Bu Linda.