Sudah lebih dari setahun Covid-19 berada di muka bumi, dan sejak Maret 2020, proses belajar mengajar sudah menganut metode dalam jaringan (daring).Â
Otomatis, di tahun ajaran baru, 2020/2021, guru harus merencanakan program mengajar, mulai dari Program Tahunan (Prota), Program Semester (Promes), Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan lain-lain.
Terlepas dari berbagai kebijakan pemerintah terkait revisi kurikulum atau yang sejenis, sudah seharusnya Bu Linda mempersiapkan rencana dalam mengajar dengan mempertimbangkan berbagai aspek, termasuk aspek-aspek tak terduga.
Saya bertanya kepada Bimo dan beberapa murid les saya yang juga bersekolah di SD yang sama. Informasi yang saya dapat adalah serupa: Beliau adalah guru senior di SD tersebut. Beliau sudah bertahun-tahun mengajar di sana. Seharusnya beliau tahu akan semester yang padat dengan Try Out di semester dua ini.
Ibaratnya, seharusnya Bu Linda sudah "curi start" lebih dahulu, membahas soal-soal Try Out dan UAS tahun lalu di semester satu dan selambat-lambatnya pada bulan Januari dan Februari 2021.
Kepanikan "kejar tayang" bimbel satu arah di hari Senin, 8 Maret 2021, memperlihatkan kalau Bu Linda tidak mempunyai perencanaan yang jelas.
Mudah-mudahan anggapan saya salah, karena seperti yang mungkin pernah Anda dengar, yaitu "Gagal merencanakan berarti merencanakan untuk gagal".
3. Pertimbangkan kondisi fisik dan psikis peserta didik
Bagaimana kenangan Anda dulu di sekolah setelah menyelesaikan ujian dari dua mata pelajaran?
Kalau saya, tentu saja sangat lelah dan yang ada di pikiran adalah istirahat. Kalau ditambah dengan bimbel yang memakan waktu tiga jam lebih, yang terjadi yaitu serasa mau muntah.
"Bimo sudah capek belajar dan stres dengan pelajaran," kata Bu Dewi mengingat hari Senin, 8 Maret 2021, setelah dari jam 3 siang sampai jam tujuh malam, putranya menghadapi bimbel yang serasa tiada akhir.
* * *