"Langsung saja makan, Ton," Dia langsung mengarahkan saya ke ruang makan untuk menyantap hidangan.
Sop Kimlo, ayam cah jamur, dan tidak ketinggalan, Siu Mie, sudah tersusun dengan rapi di meja makan.
Saya dan Ce Bianca makan sambil sesekali dibarengi dengan obrolan santai seputar keluarga besar kami.
Makan-makan pun berlanjut di ruang tamu. Di meja ruang tamu, ada berbagai penganan seperti manisan buah khas Imlek dan dua stoples berisi kue kering, yaitu nastar dan kue kering keju atau kastengel. Kue keranjang tak ketinggalan juga berada di meja. Jeruk menjadi pelengkap sesudahnya.
perayaan Imlek yang terjadi di beberapa kota di Indonesia.
Televisi menampilkan berbagai tayangan seputarHujan masih belum juga mereda pada jam sepuluh pagi. Pada akhirnya, setelah menunggu dengan ketidakpastian akan waktu kedatangan Ce Santi, kami melakukan video call supaya kami bisa berkumpul dalam satu wadah, meskipun itu lewat virtual, yaitu lewat WhatsApp.
Cukup singkat pertemuan daring kami. Mungkin hanya sekitar 15 menit, tapi itu sudah cukup untuk menghapus dahaga kerinduan setelah sekian lama tidak bertemu.
Setelah itu, saya bercakap-cakap kembali dengan Ce Bianca. Ce Santi baru datang pada jam dua siang, saat hujan sudah reda.
Jam empat sore, saya pamit pulang.Â