"Juga waktu ada si Dewi yang ngolokin aku dan bilang ngapain lama-lama membujang, langsung kujawab, "Ya, memang aku sih udah lama pengin jadi pengusaha. Bosan jadi bujang. Masa jadi pegawai terus.
"Ada lagi si Melly yang nanya perihal kriteria cewek idamanku. Kujawab, Cantik, manis, pintar, dan semua itu ada pada dirimu, Mel."
"Hahaha, wah bahaya. Bisa ada cinlok di kantor nih."
"Sah-sah saja kan. Cinta bersemi setelah sering kali bertemu."
"Ya udah, Nyatakan aja isi hatimu ke Melly."
"Lho, tadi kan udah."
"Oya, kok aku lupa, hahaha. Terus Melly ngomong apa?"
"Ayo, Say, Bang," Sinta memotong pembicaraan, "Diteruskan ngobrolnya di meja makan."
"Pas banget. Say-mu ini meminta nasihat tentang bagaimana menjaga kemesraan di depan istri. Panjang kali lebar kujelaskan secara terang benderang. Saatnya perut diisi," Bambang beranjak dari kursi.
"Wah, sepertinya ada yang salah minta nasihat ke orang yang belum berpengalaman. Apa nggak kebalik?" Sinta tersenyum.
Mereka pun tertawa dan berbarengan menuju ruang makan.