Mohon tunggu...
Hamdali Anton
Hamdali Anton Mohon Tunggu... Guru - English Teacher

Saya adalah seorang guru bahasa Inggris biasa di kota Samarinda, Kalimantan Timur. || E-mail : hamdali.anton@gmail.com || WA: 082353613105 || Instagram Custom Case : https://www.instagram.com/salisagadget/ || YouTube: English Itu Fun

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bodohkah Orangtua Kalau Menolak Pembelajaran Tatap Muka?

20 Desember 2020   16:38 Diperbarui: 20 Desember 2020   16:41 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jadi, bukan dari sisi guru saja. Sisi orangtua perlu mendapat perhatian, apalagi kalau guru juga mempunyai anak, istri atau suami, dan orangtua yang masih tinggal serumah dengannya.

2. Guru sebaiknya tidak menganggap para orangtua tersebut kurang memiliki informasi yang memadai tentang kesiapan sekolah dalam menjalankan pembelajaran tatap muka

“Bapak tidak tahu kondisi toilet di SD kita sekarang. Sudah bersih dan wangi,” kata Pak Dani.

“Ya, bersih dan wangi karena tidak ada pembelajaran tatap muka sejak Maret sampai sekarang. Kalau nanti Januari 2021 ada pembelajaran tatap muka, Anda bisa tetap yakin kalau toilet akan tetap dalam kondisi bersih dan wangi?” tanya saya balik dengan sabar.

Saya memosisikan diri pada sisi orangtua murid dimana selama bertahun-tahun saya melihat kalau toilet selalu menjadi tempat yang paling sukar dijaga kebersihannya, terutama di tingkat Sekolah Dasar.

Apalagi menimbang jumlah petugas kebersihan di sekolah yang tidak memadai. Dengan adanya peserta didik yang berjumlah ratusan, tentu saja sekolah tidak bisa menjamin tetap terjaganya kebersihan dan kewangian toilet.

3. Guru seharusnya tidak “tebang pilih” dalam mengajar dan mendidik

“Mana mau guru mengajar daring kepada beberapa murid yang cuma dua sampai tiga orang saja…”

Saya tidak menyangka pola pikir Pak Dani sedemikian. Kenapa terlontar kalimat seperti itu? 

Pak Dani memang tidak “terlalu” memahami tentang penggunaan teknologi informasi. Gagap teknologi, gaptek, mungkin itu istilah sekarang untuk menggambarkan kondisi tersebut.

“Saya mau pensiun sebentar lagi. Untuk apa saya repot-repot dan capek-capek belajar komputer dan mendalami internet? Biarlah yang muda-muda saja yang pintar soal itu. Saya kan bisa minta tolong sama mereka…,” kata beliau beberapa tahun yang lalu sewaktu masih bertugas sebagai guru ASN di salah satu SDN di Samarinda.

Beliau sempat “mencicipi” mengajar daring dari Maret sampai Juni 2020. Selama saya menelepon, beliau selalu mengeluh tentang tidak enaknya Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).

“Tidak enak ngajar PJJ. Lebih enak tatap muka…”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun