Ada banyak platform serupa yang bisa membantu dan memberi kemudahan dalam hidup yang sangat "bergegas" saat ini.Â
Sudah saatnya mencari berbagai platform yang serupa dengan Google dan YouTube, sehingga hidup tak tergantung sepenuhnya pada keduanya terutama saat ada "masalah" seperti down, kita masih bisa bekerja seperti biasa menggunakan platform-platform lain.
3. Terkadang penting untuk menyediakan "waktu bebas internet"
Kadang-kadang saya merindukan waktu kecil, waktu dimana tidak ada internet dan semua "keriuhan" di dunia maya dan hanya ada buku, serta keindahan taman bunga di rumah.
Anak-anak dan generasi muda saat ini kebanyakan terpapar dengan sangat berlebihan oleh internet melalui media gawai, seperti laptop, tablet, dan smartphone.
Keindahan fantasi lewat gelombang kata-kata beruntun di buku fisik, bagi saya pribadi lebih indah dari kemudahan membaca e-book di gawai, meskipun memang memudahkan saya membaca di mana saja dan kapan saja, tapi tetap tak bisa menggantikan kenyamanan membaca buku fisik.
Lagipula, membaca buku fisik menjaga konsentrasi, fokus perhatian ke rangkaian kalimat di buku. Berbeda kalau membaca e-book di gawai. Bisa saja tergoda untuk membaca pesan WhatsApp yang baru masuk, kepo-in linimasa media sosial mantan (uhuk), atau menonton video YouTube yang lagi viral.
Kalau anak-anak yang memegang gawai kemungkinan besar bisa dipastikan, bukannya membaca e-book, tapi malah main game online.
Saya pun masih sulit menyediakan "waktu bebas internet", karena bisnis online adalah salah satu pemasukan keuangan saya. Namun, saya bertekad untuk menyediakan "waktu bebas internet" satu jam sebelum tidur di malam hari, supaya tidak ada "keberisikan" sebelum mata terpejam.
Membaca buku fisik menjadi pilihan, karena bebas radiasi dan sekalian mengenang saat membaca buku bersama keluarga.
Terkadang saya heran dengan beberapa kenalan yang berkumpul dengan keluarga besar, yaitu bersilaturahmi dengan ayah, ibu, kakak, adik, dan semua personelnya. Anehnya adalah anak-anak mereka berkumpul di satu kamar, tapi bukan mengobrol, melainkan bermain game online.Â
"Kalau cuma main game online di smartphone, untuk apa kumpul bersama di hari Minggu? Lebih baik di rumah masing-masing," kata Tina (bukan nama sebenarnya), salah seorang kenalan yang heran dengan kebiasaan keluarga besar sang suami yang membawa serta anak-anak berkumpul bersama di hari Minggu, tapi anak-anak tersebut malah sibuk sendiri dengan smartphone masing-masing dan tidak ada interaksi nyata satu sama lain!