Saya berhenti mengasihani diri sendiri dan juga berhenti membandingkan diri dengan orang lain, karena belum tentu orang lain yang kelihatan senang di penampakan juga bahagia di kehidupan nyata.
2. Menjaga kesehatan dengan berolahraga
Olahraga sudah terbukti menjaga kesehatan saya tetap prima sebelum mendapat disabilitas "two-face. Tentu saja olahraga tetap akan menjaga kesehatan saya setelah "two-face" menetap di wajah.
Dan memang terbukti kalau pusing sebelah yang sebelumnya mengganggu sudah tidak terlalu mengganggu lagi, karena efek dari olahraga lari yang saya lakukan dengan rutin.
3. Tetap aktif menulis dan bermain gitar demi mencegah penurunan daya otak
Saya tidak tahu apa efek negatif dari "two-face" ini kelak. Apakah karena ini, akan ada penyakit susulan yang timbul ataukah hidup saya akan berakhir dengan singkat, semua itu tidak menjadi persoalan bagi saya.
Yang jelas, saya berusaha menjaga otak saya tetap baik dengan melakukan berbagai kegiatan yang saya sukai dan bermanfaat.
Menulis adalah hobi saya yang dulu terkadang seperti yoyo. Naik-turun. Tapi saya terus melatih diri menulis, supaya otak saya tetap terasah dengan baik dan mencegah penuaan dini.
Bermain gitar juga saya lakukan. Selagi jari-jari tangan masih bisa saya gerakkan dengan leluasa, saya akan bermain gitar selagi masih dapat melakukannya.
Kita semua mempunyai "disabilitas"
Tak pelak, kita semua mempunyai "disabilitas". Saya mempunyai disabilitas "two-face". Saya tidak tahu apa disabilitas yang Anda punya. Apa pun itu, tetap tegar. Percaya. Tuhan punya rencana yang indah bagi setiap kita.
Disabilitas "two-face" ini selalu mengingatkan saya kalau saya cuma manusia biasa. "Two-face" ini adalah tanda, dan suatu waktu saya akan menghadap Sang Pencipta.
Bersyukur. Itu yang selalu saya ucapkan setiap pagi, mengawali hari. Tuhan telah memberikan kesempatan bagi saya untuk hidup lagi di hari yang baru.
Disabilitas "two-face"? Dibandingkan berkat Tuhan yang melimpah, rasa "tebal" di wajah ini tidak ada apa-apanya.