Mohon tunggu...
Hamdali Anton
Hamdali Anton Mohon Tunggu... Guru - English Teacher

Saya adalah seorang guru bahasa Inggris biasa di kota Samarinda, Kalimantan Timur. || E-mail : hamdali.anton@gmail.com || WA: 082353613105 || Instagram Custom Case : https://www.instagram.com/salisagadget/ || YouTube: English Itu Fun

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama FEATURED

Disabilitas "Two-Face" dan Kisah 20 Tahun Bersamanya

7 Desember 2020   20:49 Diperbarui: 3 Desember 2021   09:15 803
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (ambroo via pixabay.com)

Saya tidak pernah menderita hal semacam ini sebelumnya. Tentu saja, menderita pusing seperti migrain ini membuat saya terganggu dalam menjalankan aktivitas sehari-hari.

2. Cepat lelah

Sebelum menderita kelumpuhan saraf sensorik di sisi wajah kiri, saya rajin berolahraga dan kegiatan berolahraga tetap saya lanjutkan setelahnya.

Namun memang ada perubahan yang sangat mencolok. Saya menjadi cepat lelah. Stamina melorot dengan tajam meskipun melakukan kegiatan yang dulu sangat tidak menguras tenaga, tapi setelah menderita "two-face", malah jadi terasa berat.

3. Susah fokus dalam berpikir

Fokus. Satu kata ini yang susah saya lakukan setelah menyandang disabilitas "two-face".

Konsentrasi yang sebelumnya tidak menjadi masalah, setelahnya menjadi masalah besar, karena susah berkonsentrasi mengerjakan sesuatu hal.

Butuh tenaga ekstra menjaga konsentrasi tetap prima sembari menekan pusing kepala sebelah yang mendera.

Bagaimana saya menghadapi disabilitas "two-face" dalam diri?

"Berteman" dengan "two-face". Itulah yang terpaksa saya lakukan, karena rasa "tebal" ini "membandel", nempel terus dan tidak lepas-lepas.

Saya menghadapi disabilitas "two-face" ini dengan tiga cara yang ampuh bagi saya.

1. Tetap berpikir positif

Dulu ada pikiran kalau saya adalah orang yang paling malang di dunia. Saya pernah berpikir begitu. Mendapatkan kelumpuhan saraf sensorik di sisi kiri wajah bagaikan kiamat.

Untungnya, kebiasaan membaca kitab suci dan buku biografi mencelikkan mata saya kalau ada orang-orang yang mengalami berbagai kesukaran yang melebihi apa yang saya alami.

Oleh sebab itu, saya menjaga pikiran tetap positif dengan membaca kitab suci, buku-buku biografi, dan menjauhkan diri dari hal-hal negatif yang berada di sekitar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun