Saya tidak pernah menderita hal semacam ini sebelumnya. Tentu saja, menderita pusing seperti migrain ini membuat saya terganggu dalam menjalankan aktivitas sehari-hari.
2. Cepat lelah
Sebelum menderita kelumpuhan saraf sensorik di sisi wajah kiri, saya rajin berolahraga dan kegiatan berolahraga tetap saya lanjutkan setelahnya.
Namun memang ada perubahan yang sangat mencolok. Saya menjadi cepat lelah. Stamina melorot dengan tajam meskipun melakukan kegiatan yang dulu sangat tidak menguras tenaga, tapi setelah menderita "two-face", malah jadi terasa berat.
3. Susah fokus dalam berpikir
Fokus. Satu kata ini yang susah saya lakukan setelah menyandang disabilitas "two-face".
Konsentrasi yang sebelumnya tidak menjadi masalah, setelahnya menjadi masalah besar, karena susah berkonsentrasi mengerjakan sesuatu hal.
Butuh tenaga ekstra menjaga konsentrasi tetap prima sembari menekan pusing kepala sebelah yang mendera.
Bagaimana saya menghadapi disabilitas "two-face" dalam diri?
"Berteman" dengan "two-face". Itulah yang terpaksa saya lakukan, karena rasa "tebal" ini "membandel", nempel terus dan tidak lepas-lepas.
Saya menghadapi disabilitas "two-face" ini dengan tiga cara yang ampuh bagi saya.
1. Tetap berpikir positif
Dulu ada pikiran kalau saya adalah orang yang paling malang di dunia. Saya pernah berpikir begitu. Mendapatkan kelumpuhan saraf sensorik di sisi kiri wajah bagaikan kiamat.
Untungnya, kebiasaan membaca kitab suci dan buku biografi mencelikkan mata saya kalau ada orang-orang yang mengalami berbagai kesukaran yang melebihi apa yang saya alami.
Oleh sebab itu, saya menjaga pikiran tetap positif dengan membaca kitab suci, buku-buku biografi, dan menjauhkan diri dari hal-hal negatif yang berada di sekitar.