Ada kalanya. Aku menatap malam dalam kehampaan. Kosong. Seakan tak berisi.
Kuingin menghibur diri. Kuraih gitar. Kukeluarkan dari tasnya. Aku mencoba memainkan beberapa lagu.
Tapi hati tak juga terhibur. Benak tetap pedih. Senar-senar ini seperti kehilangan tuahnya. Tak ada kekuatan apa-apa yang keluar.
Petikan tak bermakna. Meskipun bernada tapi tak ada pesan di dalamnya. Walaupun bersuara namun tak ada ujung pangkalnya. Mutar keliling sia-sia.
Malam semakin larut. Semangat semakin memudar. Kegundahan menguasai. Petikan tetap tak bisa mengusir segala kerisauan.
Ya sudahlah. Tak mengapa. Ada kalanya suka. Ada masanya duka. Ada waktunya main tapi hati tak terhibur jua.
Kumasukkan gitar ke dalam markasnya kembali. Mungkin karena tubuh lelah setelah dua minggu mengukur jalanan. Sekarang aku menemukan kembali waktu bebas. Semoga esok aku menemukan petikan bermakna.
Selamat bertemu besok pagi, gitar kesayangan. Buat aku menemukan kesenangan kembali. Setelah 14 hari kau kuabaikan. Semoga makna kembali muncul dalam setiap petikan esok hari.
Samarinda, 9 Oktober 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H