Mohon tunggu...
Hamdali Anton
Hamdali Anton Mohon Tunggu... Guru - English Teacher

Saya adalah seorang guru bahasa Inggris biasa di kota Samarinda, Kalimantan Timur. || E-mail : hamdali.anton@gmail.com || WA: 082353613105 || Instagram Custom Case : https://www.instagram.com/salisagadget/ || YouTube: English Itu Fun

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Anak Mau Jadi YouTuber? Boleh Saja, Asal...

30 September 2020   19:48 Diperbarui: 30 September 2020   19:57 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi YouTuber (Fatimah Kartini Bohang/Kompas.com)

Bicara tentang profesi dimana bisa "bekerja dari rumah" di masa pandemi covid-19 saat ini, berbagai pekerjaan yang berhadapan dengan layar PC, laptop, dan smartphone berseliweran di dalam peta pikiran.

Mulai dari gamer profesional sampai pebisnis online. Dari forex trader sampai YouTuber.

YouTuber adalah profesi yang lagi naik daun saat ini. Sebenarnya sebelum pandemi covid-19, profesi sebagai YouTuber sudah dilakoni banyak orang. Namun dengan adanya virus ganas Corona dan himbauan pemerintah untuk #bekerjadarirumah dan #belajardirumah, serta mulai terjangkaunya harga paket kuota internet, pekerjaan sebagai YouTuber menjadi idaman dan incaran kebanyakan netizen.

Tak terkecuali para ABG. Salah satu murid les saya, sebut saja Rino, ingin jadi YouTuber.

Sayangnya, ada komentar dia yang membuat saya geleng-geleng kepala.

"Enak ya, Pak, si Atta Halilintar. Cepat kaya dari YouTube."

Komentarnya membuat saya berpikir tentang paradigma kebanyakan generasi muda saat ini yang memang selalu membuat saya mengelus dada.

Berhubungan dengan komentar Rino dan pandangan beberapa murid les lainnya, saya tergerak menuangkan tulisan ini yang juga berkaitan dengan salah satu topik pilihan.

Seandainya anak mau jadi YouTuber, menurut saya, boleh saja. Tidak masalah, asal orang tua harus memberitahu 3 hal berikut.

1. Orang tua memberitahu anak bahwa jalan untuk menjadi YouTuber sukses itu tidak bisa "instan", tidak bisa "cepat kaya"

Ini pandangan keliru dari kebanyakan generasi muda saat ini. Tanpa menilik lebih jauh sepak terjang para YouTuber sukses, kebanyakan dari mereka beranggapan kalau proses menjadi YouTuber sukses nan tajir itu gampang dan bebas hambatan.

Padahal ada proses panjang yang harus dihadapi para YouTuber sukses. Ada jalan terjal sebelum meraup kekayaan.

Sudah ada banyak informasi di YouTube yang membahas soal berapa tahun YouTuber-youtuber sukses; semisal Atta Halilintar, Ria Ricis, Raditya Dika, Deddy Corbuzier, dan kawan-kawan; meraih kesuksesan alias pendapatan wow dari YouTube.

Anda bisa mencarinya di Mbah Google dan memberitahu putra-putri tercinta perihal proses perjuangan para YouTuber tersebut. Jatuh bangun, berbagai kegagalan yang mereka hadapi, perlu diketahui para ananda.

Sebagai contoh, saya sudah menjalani kegiatan nge-youtube selama hampir 2 (dua) tahun, terhitung mulai awal 2018. Meskipun saya sudah mempunyai akun YouTube sejak 2012, namun saya baru mengisinya dengan konten video gitaran di tahun 2018.

Ada yang dua tahun sudah mendapatkan hasil (dibaca: komisi Adsense), tapi ada juga yang nihil hasil. Saya termasuk dalam golongan yang nirhasil tersebut.

Mengapa saya belum mendapat hasil?

Penyebabnya akan dibahas di hal kedua.

2. Orang tua memberitahu anak kalau profesi YouTuber itu sama seperti profesi lainnya, butuh konsistensi

Nah, ini yang menyebabkan saya belum mendapatkan hasil. Kurangnya konsistensi.

Saya tidak teratur dalam mengunggah video gitaran saya selama tahun 2018 dan 2019. Kesibukan mengajar, baik di sekolah maupun les yang menjadikan saya tidak punya banyak waktu untuk berlatih memainkan aransemen gitar tunggal, yang berakibat saya tidak mempunyai niat untuk nge-youtube.

Konsistensi "terpaksa" saya lakukan di tahun 2020 ini karena pandemi covid-19. Tersedia waktu berlimpah menyebabkan saya menyusun perencanaan untuk konsisten. Mengunggah video gitaran seminggu sekali di hari Sabtu.

Dan memang begitulah adanya dengan para youtuber sukses. Mereka konsisten berbagi video bermanfaat. Contohnya, Deddy Corbuzier yang konsisten berbagi satu video dalam satu hari secara teratur.

Saya sendiri berusaha konsisten berbagi video gitaran dalam dua-tiga bulan ini, meskipun kendala waktu yang terbatas menjadi persoalan utama.

Namun sejauh ini saya bisa berkarya secara teratur, mengunggah satu video gitaran setiap hari Sabtu, kecuali minggu lalu yang terpaksa di-upload di hari Minggu, 27 September 2020, karena di hari Sabtu, 26 September 2020, saya tidak punya cukup tenaga untuk melakukan proses perekaman. Kesibukan dari hari Senin sampai Jumat membuat saya kelelahan.

Video gitaran terbaru saya di minggu kemarin seperti apa? Silakan tonton di bawah ini ^_^.

Memang saya belum mendapatkan sepeser pun komisi Adsense seperti yang saya impikan, karena views dan subscribers belum banyak. Namun ada penambahan subscribers dan views yang lumayan, karena saya konsisten mengunggah video gitaran seminggu sekali selama dua-tiga bulan ini.

Seperti halnya profesi saya sebagai guru bahasa Inggris yang sudah saya jalani selama 20 tahun lebih. Konsistensi membuat saya menguasai bahasa Inggris, metode pengajaran bahasa Inggris, dan pernak-pernik lain yang berhubungan dengan bahasa Inggris.

Menjadi youtuber pun juga harus begitu. Harus konsisten. Rutin dan teratur mengunggah konten video ke akun YouTube adalah salah satu syarat mutlak kunci keberhasilan. Apa pun profesinya, konsistensi adalah koentji. YouTuber tak terkecuali.

3. Orang tua memberitahu anak bahwa Youtuber pun perlu pengetahuan perihal nge-youtube yang didapat dari belajar, bukan sekadar menayangkan video belaka

"Enak ya, Pak, jadi Youtuber. Cuma buat video, masukkan ke Youtube, udah deh. Langsung dapat duit."

Perkataan Fandi (bukan nama sebenarnya), salah seorang murid les, membuat saya geleng-geleng kepala. 

Kebanyakan murid les saya beranggapan bahwa pekerjaan YouTuber itu gampang. Cuma buat video, lalu posting di YouTube, kemudian dapat duit. Mudah. Gak perlu capek.

Apakah benar begitu?

Tentu saja tidak, Ferguso. Menjadi Youtuber tidak semudah itu. Kalau memang simpel, hanya mengunggah video dan menunggu uang milyaran mengucur ke rekening bank, sudah banyak orang yang kaya dari hasil nge-youtube.

Menyiapkan apa yang mau ditampilkan di video konten adalah langkah pertama. Inti sebelum memulai proses perekaman. 

Seperti saya sebagai contoh. Saya menentukan lagu apa yang saya ingin mainkan di minggu pertama Juli 2020. Setelah saya menemukan lagu yang cocok dan sesuai, lalu saya berlatih dari hari Minggu sampai Jumat, yaitu 6 hari.

Langkah kedua adalah perekaman. Pengetahuan yang memadai mengenai video dan audio editing perlu diketahui. Bukan sekadar merekam saja. 

Merekam video dengan resolusi seberapa besar; merekam audio dengan kualitas suara seberapa maksimal; mengedit audio supaya terdengar 'kinclong'; menyatukan (sinkronisasi) video dan audio sehingga menjadi satu kesatuan; dan masih banyak lagi.

Kesemuanya itu perlu dipelajari. Belajar seputar nge-youtube, supaya pengetahuan mengolah video berkualitas bisa didapat.

Mengetahui cara mencari ide untuk konten video; mengetahui cara merekam video dan audio; serta mengerti dan dapat melakukan proses pengeditan video dan audio; lalu menggabungkan keduanya, sehingga menjadi video yang bagus dan bermanfaat.

Belajar mencari ide konten video YouTube; teknik perekaman video; video dan audio editing, semuanya sudah banyak tersedia di Google Campus dan Youtube University. Bisa belajar secara autodidak dari dua sumber tersebut.

Jadi tidak semudah membalikkan telapak tangan.

Saya sendiri belajar banyak hal perihal nge-youtube selama dua tahun ini. Saya akan membahas lebih mendetail perihal kegiatan nge-youtube saya di tulisan terpisah, karena tulisan ini akan menjadi terlalu panjang kalau dibahas juga proses saya nge-youtube di mari ^_^.

* * *

Anak ingin jadi Youtuber? Tentu saja kita sebagai orang tua sudah seharusnya mendukung, karena profesi sebagai YouTuber juga menjanjikan pendapatan berlimpah.

Hanya saja, 3 hal sebelumnya perlu diberitahukan pada anak, supaya mereka mengetahui bahwa tidak cukup hanya bermodalkan keinginan untuk menjadi YouTuber.

Pemahaman anak akan proses panjang untuk mencapai sukses perlu dimiliki, karena tidak ada yang instan di dunia ini.

Konsistensi adalah "koentji" untuk membuka pintu kesuksesan. Melakukan terus-menerus tanpa henti.

Sama halnya dengan profesi lain, perlu pengetahuan memadai untuk menjadi YouTuber, mulai dari pencarian ide konten video; menentukan ide konten video yang bermanfaat; teknik perekaman video dan audio; teknik editing video dan audio; teknik penggabungan video dan audio; dan lain sebagainya.

Sebenarnya masih banyak hal yang patut diketahui oleh putra-putri, namun 3 hal di atas sudah cukup mewakili.

Akhir kata, apa pun profesinya, yang penting adalah kebermanfaatannya bagi sesama.

Konten video YouTube yang dihasilkan harus bermanfaat; memberikan pengetahuan, atau menghibur warganet. Bukan menyajikan ujaran kebencian atau prank yang tak berfaedah sama sekali.

"Apa pun profesinya, yang penting adalah kebermanfaatannya bagi sesama"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun