Memilih gitar memang susah-susah gampang. Beli baru susah, tapi beli bekas (second) lebih susah lagi, karena sudah digunakan oleh orang lain. Orang lain itu bisa tangan pertama, kedua, ketiga, atau entahlah.
Bagi Anda yang berkantung tebal (dibaca: berduit banyak), pasti tidak akan mendapat kesulitan saat memilih gitar idaman, karena selain gitar masih gres, juga dibeli di toko musik yang tepercaya.
Berbeda dengan para pendamba yang ngebet ingin punya gitar tapi bermodal duit pas-pasan. Membeli gitar second saja sudah bersyukur. Nah, bagaimana cara memilih gitar second yang (masih) berkualitas baik?
Izinkan saya membagikan sedikit tips berdasarkan pengalaman saya membeli gitar second pada tahun 2017 yang sampai sekarang selalu menjadi andalan saya dalam bermain gitar.
Cara saya dalam memilih gitar second yang (masih) berkualitas baik adalah:
1. Cek harga dan keaslian gitar
Memeriksa harga adalah hal pertama yang saya lakukan. Saya menggali di Google untuk menyasar para penjual gitar second di Samarinda. Kenapa harus di Samarinda?
Menimbang, saya harus melihat gitarnya secara langsung. Tidak bisa hanya mengandalkan foto gitar. Saya tidak bisa mengecek keaslian gitar jika tidak melihat dan menyentuh gitarnya langsung.
Harga minimal setengah dari harga barunya adalah parameter yang saya tetapkan. Mustahil jika ada gitar yang berharga dua juta dalam kondisi baru, lalu waktu mau dijual dalam kondisi bekas “hanya” seharga seratus ribu! Jelas tidak masuk akal, kecuali penjualnya sinting!
Minimal setengahnya, satu juta, dengan catatan, masih dalam kondisi bagus tanpa cacat yang parah. Tokopedia, Bukalapak, Shopee, OLX, dan lain-lain. Semua marketplace dan forum jual beli di medsos sudah saya telusuri.
Beberapa kandidat gitar idaman berseliweran di depan mata. Namun, dari sekian banyak calon gitar, hati saya berpaut pada satu gitar klasik elektrik, yaitu Yamaha CX40. Kebetulan sekali, tempat tinggal si penjual dekat dengan rumah saya.
Saya menelusuri harga baru gitar Yamaha CX40 di internet. Sekitar 1,2 juta di tahun 2017 waktu itu. Si penjual melabeli harga 750 ribu untuk gitar second-nya. Bagi saya, itu masih harga yang normal. Lebih sedikit dari setengah harga, tapi tidak mepet sekali dengan harga barunya.
“Itu asli Yamaha, Mas?” tanya saya pada Dodi (nama samaran), sang penjual di marketplace OLX.
“Asli, Gan. Saya beli di toko musik A,” jawabnya. Toko Musik A (bukan nama sebenarnya) adalah salah satu toko musik terkemuka di Samarinda.
“Ada nota pembeliannya?” tanya saya balik.
“Ada.”
“Boleh saya ke rumah? Mau lihat gitar dan notanya.”
Sang penjual memberikan alamat rumah lewat WA. Janji ketemuan dibuat. Saya meluncur ke TKP untuk mengecek gitar.
Tentu saja, sebelum ke rumah sang penjual, saya membaca terlebih dahulu apa saja yang menjadi kriteria gitar Yamaha asli. Saya membaca hal-hal yang membedakan antara gitar Yamaha asli dan palsu di situs resminya langsung di id.yamaha.com.
Setelah sampai di rumah si penjual, saya pun tanpa banyak basa-basi segera mengecek keaslian, dan memang sesuai dengan apa yang saya baca di artikel di situs gitar Yamaha, seperti penampilan label yang tercetak dengan baik, serta finishing gitar yang bagus. Berbeda dengan gitar sayur yang ngaku-ngakunya Yamaha, padahal bukan.
Tak lupa, saya menanyakan nota pembelian yang menjadi bukti sahih kalau sang penjual tidak berdusta telah membeli gitar tersebut di toko musik A.
Dan memang nota itu ada. Meskipun dibeli dua tahun sebelumnya, tulisan pada nota masih terlihat dengan jelas (Waktu itu tahun 2017. Dodi membeli di toko musik A di tahun 2015).
Poin pertama, masalah harga dan keaslian lulus.
2. Periksa seluruh bagian gitar
Saya menelusuri seluruh bagian gitar, mulai dari atas, yaitu kepala gitar sampai bawah. Tidak ada yang terlewati.
Apakah ada retak dan lecet pemakaian?
Apakah ada kerusakan pada “tuning machine”?
Apakah ada area lubang-lubang menganga bekas tusukan korek api atau rokok pada gitar, semisal di leher dan body gitar?
Bagaimana dengan bagian leher (neck) dan penghubung? Apakah ada patahan?
Bagaimana dengan kondisi fingerboard? Kondisi bersih atau kotor?
Apakah bridge dan saddle dalam kondisi terpasang dengan baik?
Akan sangat panjang kalau dituliskan di mari semua pertanyaan menyangkut apa yang telah saya lakukan dalam proses pemeriksaan fisik gitar. Sang penjual, Dodi, tersenyum melihat kelakuan saya, “Mas sangat detail sekali memeriksanya.”
“Saya tidak mau kecolongan lagi, Mas. Dulu saya pernah membeli gitar yang jauh dari harapan,” Saya menjawabnya sambil tersenyum, “Maaf ya, Mas, kalau sedikit lebih lama. Lebih baik kan hati-hati sebelum membeli.”
“Ah, tidak apa, Mas. Santai aja. Kebetulan saya juga tidak ada urusan malam ini.” kata Dodi, sembari duduk di hadapan saya.
Saya salut. Gitar Yamaha CX40, yang sudah Dodi miliki selama kurang lebih dua tahun, tetap dalam kondisi fisik prima. Tidak ada lecet-lecet yang berarti. Hampir 95 persen mulus.
“Saya jarang pakai. Kadang-kadang saja mainnya, karena sibuk jualan,” begitu alasan Dodi, yang sebenarnya menurut pengakuan, suka main gitar, tapi karena sibuk jualan nasi campur bersama istri dari pagi sampai sore, dan malam harus beli bahan, kemudian diolah untuk jualan nasi campur di hari berikut, mengakibatkan dia tidak punya banyak waktu untuk gitaran.
Beruntung bagi saya. Saya mendapat gitar yang kondisinya masih oke banget, meskipun second. Seluruh badan gitar lolos audisi.
3. Periksa seluruh bunyi senar gitar di setiap fret, dari atas sampai bawah, pada semua senar
Bagian terpenting dari kesemuanya adalah bunyi senar gitar. Percuma membeli gitar kalau senar yang dipetik tidak menghasilkan suara yang diinginkan.
Suara buzzing menjadi momok yang pernah saya hadapi di gitar sayur dahulu. Benturan atau gesekan senar dengan fret yang menyebabkan suara buzzing tersebut. Suara yang dihasilkan oleh gitar jadi tidak maksimal.
Mengapa terjadi suara buzzing? Terlalu panjang kalau dijelaskan di sini. Bisa karena nut yang terlalu rendah posisinya. Bisa juga karena posisi fret yang terlalu tinggi atau ketinggian fret yang tidak sama.
Untuk masalah buzzing, Anda bisa membaca berbagai info tentang itu di Mbah Google.
Yang jelas, saya mencoba membunyikan semua senar dengan menekan di fret pertama, lalu senar dipetik, berlanjut ke fret kedua, kemudian senar dipetik, dan seterusnya sampai fret paling bawah.
Begitu seterusnya saya lakukan. Dari senar satu sampai senar enam.
Hasilnya?
Sudah bisa ditebak dengan adanya gambar di awal tulisan ini.
Gitar Yamaha CX40 kepunyaan Dodi lulus ujian buzzing. No buzzing at all.
Saya tawar dari 750 ribu ke 600, 650, dan berakhir pada 700 ribu. Akhirnya disepakati harga 700 ribu. Uang sejumlah 700 ribu berpindah tangan.
Untuk preamp atau equalizer, karena Dodi tidak mempunyai loudspeaker, jadi saya tidak bisa mencoba keandalan alat tersebut malam itu. Saya membuat kesepakatan dengan dia. Saya akan mencoba gitarnya di sekolah, disambungkan ke loudspeaker sekolah.
Jika preamp gitar tidak berfungsi, saya tidak jadi membeli gitarnya dan dia harus mengembalikan uang saya. Tapi kalau berfungsi, berarti saya jadi membeli. Dan yes, preamp berfungsi dengan baik dan sampai sekarang, sudah saya jajal dalam berbagai acara di sekolah.
***
Puji Tuhan. Sudah hampir tiga tahun, gitar ini menemani saya, baik dalam suka maupun duka.
Di saat mengajar di sekolah, mengiringi peserta didik menyanyi, baik itu lagu anak-anak dalam bahasa Inggris, maupun lagu nasional dan daerah, gitar ini sudah berjasa besar.
Selain itu, gitar ini sudah memberikan warna dalam hidup saya, dengan menarik saya untuk menelurkan karya dalam bentuk video gitaran, sehingga bukan hanya sekadar menghibur diri saya sendiri, tapi juga bisa menghibur orang lain.
Dan ternyata ada beberapa teman dan netizen yang memberikan apresiasi. Mereka senang dengan karya saya. Ini beberapa karya video gitaran di channel YouTube saya.
Kiranya tulisan saya ini bisa membantu Anda yang berkeinginan membeli gitar second. Mudah-mudahan Anda menemukan gitar idaman sesuai keinginan.
Mainkan gitar untuk menghibur diri sendiri dan orang lain. Ingin lebih banyak orang terhibur di masa pandemi ini? Rekam permainan gitar Anda dalam bentuk video dan masukkan ke channel YouTube Anda seperti yang saya lakukan.
Saya tunggu video karya Anda di YouTube.
Selamat berkarya.
Salam Gitaran
"Sesal dahulu pendapatan, sesal kemudian tak berguna"
Baca juga: Jangan Merusak Rasa Musikalitas dengan "Gitar Sayur"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H