Dengan semangat menggebu-gebu, saya bayar cash dan membawa gitar tersebut ke kamar kos untuk dijajal. Sayangnya, harapan hanya tinggal harapan kosong.Â
Ketidakakuratan nada terus-menerus menyebabkan lagu yang dimainkan selalu sumbang. Apalagi kalau di saat saya harus mengajar di dalam kelas. Repot sekali harus menyetem kembali. Itu pun tetap tidak memuaskan hasilnya. Tetap fals.
Parahnya, gitar tersebut tidak bertahan lama. Patah di bagian leher dekat body gitar. Padahal cuma saya yang memainkan dan mainnya tidak pernah kasar.
Saya pun sejak itu kapok dan tidak akan mau membeli gitar sayur. Saya akan membeli gitar yang memang jelas kualitasnya, bukan abal-abal atau kaleng-kaleng.
Akhirnya pada tahun 2017, saya menemukan gitar idaman, yaitu gitar Yamaha CX40. Meskipun bekas, namun asli Yamaha dan masih dalam kondisi bagus.
Kiranya sebelum membeli, cek terlebih dahulu. Jangan sampai tergiur harga murah. Jangan sampai terbuai, karena banyak sekali kerugian yang akan diperoleh jika mempunyai gitar sayur.
Di sini, saya hanya membagikan tiga kerugian dari seabrek yang ada.
1. Kita tidak akan mempunyai kepekaan akan nada-nada yang tepat
Ini yang menjadi racun bagi rasa musikalitas kita. Gitar sayur akan menjadi toxic dalam diri, sehingga telinga kita tidak akan mempunyai kepekaan akan nada-nada yang tepat.
Misalnya saat akan mengiringi murid-murid menyanyi, saya tidak bisa menemukan nada dasar yang pas untuk mengiringi dengan gitar. Kenapa? Nada setiap senar tidak pernah sinkron dan selalu fals, sehingga saya pun jadi bingung memilih nada dasar yang harus saya gunakan untuk mengiringi lagu tersebut.
2. Repot dalam menyetem senar karena selalu longgar kembali
Ini juga yang membuat saya kesal sekali. Di kos sudah disetem, tapi waktu di sekolah, senar kembali fals. Terpaksa disetem lagi. Itupun sangat susah. Sukar menemukan nada senar yang pas untuk setiap senar yang ada.
Longgar kembali. Itu penyakit gitar sayur yang saya punya dulu.Â