Kalau melihat keadaan saat ini, kondisi Indonesia berada di situasi dilema dalam menghadapi covid-19. Pesimisme akan hari esok yang cemerlang menyeruak di hati kebanyakan orang.
Terkadang saya pun berpikiran seperti itu. Indonesia, meskipun sudah 75 tahun merdeka, tapi seakan hidup di Indonesia yang tidak “merdeka”. Pemerintah terlihat jauh dari kepedulian pada nasib rakyat. Terlalu banyak retorika tapi minim tindakan nyata.
Saya berhenti bergantung pada kekuatan manusia. Hanya kepada Tuhan sajalah saya bergantung sepenuhnya.
Berusaha tetap optimis
Berpikir optimis sangatlah tidak mudah di era pandemi covid-19. Keadaan jauh dari yang pernah dibayangkan, bahkan belum pernah tebersit di benak. Tak pernah ada bayangan akan menghadapi virus mematikan dan mengancam jiwa.
Saya hanya bisa menyerahkan diri pada Tuhan. Saya percaya Tangan-Nya selalu melindungi kita. Saya juga percaya akan firman-Nya yang selalu memberi kekuatan pada saya setiap hari, memberi pencerahan dan keyakinan akan hari depan yang penuh harapan, meskipun di hadapan mata saat ini terkesan jauh dari itu.
Doa juga memberi kekuatan pada saya untuk melewati hari demi hari. Karena hari-hari ini terasa berat sekali. Berkomunikasi kepada-Nya, meminta penyertaan-Nya untuk mengarungi badai kehidupan, membuat saya tetap kuat.
Memuji Tuhan akan kebaikan-Nya adalah juga salah satu cara saya dalam menjaga diri untuk tetap optimis. Tidak selalu lewat menyanyi. Memainkan lagu pujian dan penyembahan kepada Tuhan lewat permainan gitar tunggal adalah andalan saya. Untuk menjaga hati tetap waras dan tidak pesimis dalam menghadapi tantangan di depan.
Beberapa saya rekam dan unggah ke YouTube sebagai pengingat akan pertolongan Tuhan di sepanjang hidup saya. Salah satunya di bawah ini sebagai contoh.
Dan menjelang HUT Kemerdekaan Indonesia yang ke-75, saya berkomitmen untuk melatih diri dalam memainkan partitur gitar tunggal dari lagu “Indonesia Pusaka” karya Ismail Marzuki dimana aransemen gitar solo dibuat oleh Cressentia M.
Berlatih dalam waktu seminggu
Dalam waktu seminggu, saya sudah harus menguasai aransemen lagu ini. Tepatnya, hari Minggu lalu, 9 Agustus 2020, saya mulai berlatih memainkan lagu ini di gitar andalan. Tentu saja ada perubahan disiplin yang saya harus jalani.
Yang biasanya saya hanya latihan 30 menit setiap hari, berubah menjadi dua sampai tiga jam dalam sehari. Tak mengapa. Yang penting, saya cepat menguasai.
Konsekuensi yang saya harus hadapi adalah jari tangan kiri yang tambah menebal alias kapalan, jari tangan kanan yang letih lesu, pantat yang lumayan panas karena duduk lama, plus tentu saja, lelah, tapi lelah karena senang setelah bermain gitar.
Satu hari sebelum tujuh belasan
Kemarin, hari Minggu, 16 Agustus 2020, di waktu pagi, saya sudah bersiap merekam video permainan gitar saya. Saya merasa sudah mantap memainkan lagu “Indonesia Pusaka” di gitar andalan.
Memang, tak ada gading yang tak retak. Ada beberapa ‘part’ yang menimbulkan kesulitan bagi jari-jari kiri saya untuk sekadar berpindah posisi atau menjangkau fret. Namun, menunggu kesempurnaan tentu saja mustahil, karena kesempurnaan itu hanya punya Tuhan semata.
Sedikit pemanasan pada jam sembilan pagi, lalu setelah saya rasa jari-jari kiri-kanan cukup 'panas', proses pengambilan video pun dimulai.
Mulus?
Ternyata tidak. Baru pada jam 12 siang, proses take selesai. Itu pun belum di-edit video dan suaranya. Baru video dan suara 'mentah' yang tersedia.
Salah satu yang tercepat dalam sejarah penguasaan lagu gitar tunggal yang saya jalani selama ini, namun terlama dalam perekaman video. Ingin memberikan yang terbaik kepada Indonesia di ulang tahun ke-75 yang menjadi pemicu untuk menghasilkan karya semaksimal mungkin.
Beberapa kali gagal karena saya salah memainkan bagian-bagian tertentu dalam aransemen. Misalnya, salah posisi jari, lupa, atau salah pencet senar.
Macam-macam kendala yang saya hadapi. Layaknya mesin masih belum panas sepenuhnya dan butuh waktu untuk mulus berkendara. Namun, pada akhirnya jari-jari tangan kiri dan kanan bisa bergerak seirama dan hasil, menurut saya, cukup baik.
Selamat Ulang Tahun, Indonesia
Permainan gitar ini saya persembahkan untuk Indonesia, yang dari lahir sampai saat ini selalu saya letakkan di hati saya yang terdalam.
Selamat ulang tahun, Indonesia. Meskipun di tengah pandemi, Indonesia tetap di hati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H