Memang kalau sudah bicara hobi, bisa sampai lupa waktu. Itu baru bicara. Kalau melakukan hobi, lebih lagi lupanya.
Ada teman saya yang hobi mancing. Bisa saya katakan kalau dia betul-betul penggila mancing nomor wahid.
Pergi hari Sabtu pagi, pulang ke rumah hari Minggu malam. Luar biasa kan? Padahal, kalau bicara masalah tangkapan, tidak terlalu banyak ikan yang didapat.
"Yang penting, senang, Pak Anton," begitu kata Pak Koko (bukan nama sebenarnya), salah seorang teman guru, saat menceritakan hobi memancingnya.
Yah, kesenangan. Itu yang dicari. Setelah bekerja, perlu melakukan hobi untuk melepaskan ketegangan dan mendapatkan kesenangan. Tidak ada materi yang diperoleh, tidak masalah karena bukan itu yang dicari.
Hobi saya adalah...
Hobi saya adalah membaca, menulis, dan tentu saja, bermain gitar atau gitaran, sesuai judul di awal tulisan.
Tapi kalau ditanya, mana yang paling disuka, tanpa pikir panjang kali lebar, saya akan menjawab "gitaran".
Alasannya?
Pertama, untuk menghibur diri sendiri
Bermain gitar, bagi saya, adalah salah satu cara untuk menghibur diri, terutama di saat sunyi sepi tiada yang menemani atau di kala penat melanda. Jari jemari memetik senar-senar gitar, penat pun menghilang.
Kedua, untuk menghibur orang lain
Senang kalau kawan juga ikut terhibur oleh permainan gitar saya. Meskipun gak hebat-hebat amat, tapi lumayanlah untuk mengisi sepi dan kekosongan diri.
Dulu...
Dulu saya pernah main gitar dari pagi sampai sore. Selingan di waktu makan siang aja. Setelah itu lanjut main gitar sampai jam lima.
Tentu saja, kemewahan seperti itu hanya bisa diperoleh saat libur semester kuliah di masa lampau atau libur semester sekolah karena tidak mengajar.
Dulu hanya sekedar main, tanpa terpikir mengunggah video permainan ke YouTube. Jadinya bosan, main tanpa tujuan. Jrang-jreng-jrang-jreng tanpa destinasi yang jelas.
Sudah lama punya akun YouTube sejak tanggal 13 Juni 2012, namun dibiarkan kosong melompong.
Pemikiran saya dulu, untuk menjadi YouTuber harus punya peralatan kamera dan audio yang lengkap.
Selain itu, saya menyadari kalau kemampuan bermain gitar saya juga belum seberapa. Jadi rasanya malu mengunggahnya ke YouTube.
Perubahan paradigma...
Paradigma berubah waktu saya iseng mengunggah video permainan gitar untuk pertama kali pada tanggal 5 Februari 2018.
Saya hanya menggunakan smartphone dan langsung saya unggah.
Karena ada beberapa tanggapan positif dari beberapa murid, teman, masyarakat umum, dan anggota keluarga, saya pun bersemangat untuk mengunggah video gitaran berikut.
Namun, yang menjadi tujuan utama mengunggah video permainan ke YouTube adalah untuk sekedar kenang-kenangan. Bukan untuk mencari popularitas.
Saya tak tahu berapa lama Tuhan memberi kesempatan pada saya untuk hidup di dunia ini. Saya juga tak tahu sampai kapan tangan dan jari masih lengkap.
Ada beberapa teman yang mengalami kecelakaan dan tangan atau kaki terpaksa harus diamputasi karena sudah tak bisa diselamatkan.
Ada juga beberapa teman yang sebenarnya lebih hebat main gitarnya dibanding saya, namun mereka sudah berpulang lebih dahulu tanpa sempat meninggalkan kenang-kenangan berupa video gitaran mereka.
Mumpung masih ada tangan dan jari ini, saya ingin berkarya sebanyak-banyaknya.
Selama masih hidup, saya ingin meninggalkan "jejak" di bumi ini.
Sampai lupa waktu...
Untung ada Silent Guitar dari Yamaha (SLG110N), saya bisa berlatih kapan saja.
Paling tidak, malam hari, sekitar 30 menit latihan dari jam 10 sampai 10.30, cukuplah. Atau di saat dini hari dari jam 4 sampai 04.30. Tapi tak mungkin saya lakukan itu. Nantinya rumah bisa ditimpuk batu sama tetangga ^_^.
Sempat saya berkeinginan untuk membeli gitar listrik. Untungnya, saya bertanya terlebih dahulu lewat Facebook kepada Bapak Jubing Kristianto, salah seorang gitaris Fingerstyle dan juga guru gitar klasik (Anda bisa googling untuk mengetahui siapa beliau ^_^).
"Jangan beli elektrik. Beli saja silent guitar Yamaha SLG 100. Tidak perlu pake ampli karena earphone bisa langsung dipasang ke gitarnya. Gitar elektrik lebih cocok untuk mereka yang mau ngeband," jawab Pak Jubing.
Saya pun meminta tolong saudara saya yang kebetulan berprofesi sebagai guru piano di Jakarta. Dapat diskon karena yang beli guru di yayasan musik tersebut ^_^.
Setelah tiba di Samarinda, langsung saya jajal.
Sejak itu (Saya rahasiakan tanggal dan tahun, demikian juga dengan harga, karena saya tidak mempromosikan produk ini. Kalau berminat, langsung kunjungi toko online terdekat ^_^), saya bisa latihan kapan saja. Pernah dari jam 10 malam sampai jam 5 pagi karena lagi libur semester. Tidak mengajar.
Kenapa saya tidak pernah merekam video gitaran dengan silent guitar?
Karena saya tidak punya speaker atau ampli gitar. Silent guitar itu seperti gitar elektrik juga. Perlu speaker atau ampli supaya terdengar suaranya ke pemirsa. Saya selama ini hanya menggunakan earphone, karena hanya untuk konsumsi pribadi. Kalau untuk konsumsi publik, ya perlu alat bantu pengeras suara.
Semoga dapat rezeki untuk membeli pengeras suara, supaya bisa beraksi dengan silent guitar kesayangan ^_^.
Harapan...
Mudah-mudahan Tuhan masih memberikan kesempatan bagi saya untuk terus berkarya. Di tengah ketidakpastian saat ini, saya hanya bisa berdoa dan berusaha semaksimal mungkin.
Sebagai penutup, ini ada video gitaran terbaru saya, yang ternyata memakan waktu hampir sebulan untuk menguasai aransemen gitar tunggalnya.
Meskipun saya masih belum puas dengan hasilnya, tapi yah, tidak ada yang sempurna di dunia ini. Semoga saya bisa merekam video gitaran saya dalam kualitas permainan, gambar, dan suara yang lebih baik lagi ke depan.
Akhir kata, tetap semangat di saat pandemi.
Kerja keras harus tetap berlangsung, tapi hobi juga harus jalan terus, supaya tidak stres menghadapi kepenatan hidup.
Semoga video gitaran saya di akhir tulisan ini bisa menghibur Anda semua.
Sampai jumpa lagi.
Salam Gitaran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H