Mohon tunggu...
Hamdali Anton
Hamdali Anton Mohon Tunggu... Guru - English Teacher

Saya adalah seorang guru bahasa Inggris biasa di kota Samarinda, Kalimantan Timur. || E-mail : hamdali.anton@gmail.com || WA: 082353613105 || Instagram Custom Case : https://www.instagram.com/salisagadget/ || YouTube: English Itu Fun

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Ketika Gitaris Menjadi Guru "Keyboard"

4 Juni 2020   17:41 Diperbarui: 4 Juni 2020   17:46 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak bermain musik (DragonImages via Kompas.com)

"Hah?"

Respons itulah yang keluar dari mulut saya, sewaktu kakak saya, Dina (bukan nama sebenarnya) meminta saya untuk mengajarkan cara bermain keyboard kepada anaknya, Doni (nama samaran).

"Tapi aku udah lama gak main keyboard," saya beralasan.

"Pasti kamu masih bisa, Ton," Mbak Dina berusaha meyakinkan saya. 

"Kenapa gak dileskan di kursus musik aja?" Saya berusaha memberikan solusi. 

"Siapa yang mengantar Doni kesana? Kan papa-nya kerja. Aku juga kerja," kata Mbak Dina, "Udah. Kutambahin uang lesnya. Kan dia udah les pelajaran sekolah. Jadi kutambah uang les keyboard."

Wah, kalau ditambah uang lesnya, boleh juga sih, pikir saya. Tanpa pikir lama, saya pun berkata, "Ya udah deh, Mbak. Oke. Sebenarnya gak usah ditambah uang lesnya. Cukup yang ada sekarang," saya tetap merasa gak enakan, karena masih saudara.

"Gak masalah. Itu kan tugas tambahan. Jadi kutambah aja uang lesnya," kata Mbak Dina tersenyum. 

Deal. 

Doni memang sudah lama sekali ingin memiliki keyboard seperti kepunyaan sepupunya, Daniel (nama samaran). 

Mbak Dina sempat bertanya perihal harga keyboard kepada saya. 

"Kalau mau yang bagus, yang harganya sekitar 3 sampai 5 juta  atau yang di atasnya. Saranku, beli yang harganya 1 jutaan aja. Takutnya, Doni sebentar aja giat belajar keyboard. Setelah itu, dia malas main," kata saya. 

Saya menyarankan kakak saya untuk membeli keyboard dengan harga kisaran 1 jutaan, karena takutnya, Doni tidak akan lama termotivasi untuk belajar bermain keyboard. 

Anak ini, selain kurang begitu bergiat dalam belajar pelajaran sekolah, juga karena begitu banyaknya mainan yang dia punya, hanya 'mangkrak' di lemari pajangan. 

Takutnya, sang keyboard akan mengalami hal yang sama. 

Mbak Dina membelikan keyboard sesuai saran saya. Kisaran harga 1 jutaan. Memakai uang tabungan Doni. Kekurangannya, Mbak Dina dan suami menambahi. 

Kendala...

Sebelum mengajar, tentu saja ada beberapa kendala yang saya hadapi

Kendala #1 - Sudah lama tidak bermain keyboard 

Pola bermain gitar sangat berbeda dengan keyboard. Bisa dikatakan pergerakan jari tangan lebih aktif di keyboard daripada di gitar. Ini pendapat saya pribadi. 

Oleh karena itu, saya perlu menyesuaikan jari-jari saya kembali. Istilahnya warming up. Pemanasan terlebih dahulu. 

Kendala #2 - Buku-buku piano dan keyboard ada di Balikpapan

Nah, ini menjadi persoalan. Saya tidak punya bahan untuk mengajar. Buku-buku piano dan keyboard peninggalan kursus dulu ada di Balikpapan. Saya kan di Samarinda sekarang.

Mau cari bahan ajar bermain keyboard di internet dan mem-print sesudahnya juga tidak bisa. Laptop dan printer sudah "berpulang".

Untungnya, ada buku kumpulan lagu gereja di rumah Mbak Dina. "Yah, bisa belajar memainkan lagu-lagu itu, sambil memuji Tuhan," pikir saya. 

Mencari bahan ajar di internet lewat smartphone juga memungkinkan, dengan catatan, Doni belajar notasi musik standar (standard music notation), supaya tidak buta not balok. 

Kendala #3 - Kuku-kuku jari tangan kanan yang panjang

Karena sudah meresmikan diri menjadi gitaris, kuku-kuku jari tangan kanan dibiarkan panjang. 

Yang kiri, panjang normal; yang kanan panjang abnormal. Kalau dibilang new normal, ya salah. Wong udah lama panjangnya. 

Kuku jari tangan kanan saya | Dokumentasi Pribadi
Kuku jari tangan kanan saya | Dokumentasi Pribadi
Tentu saja, supaya lancar memainkan keyboard, semua kuku jari tangan harus pendek. Kalau panjang, nanti jari-jari tangan bisa kesandung tuts keyboard dan juga bisa disangka mau mencakar ^_^.

Tapi, saya memutuskan, kuku jari tangan kanan saya tetap panjang, mengingat Doni masih di level basic, pemula, dasar. Jadi bahan belajar masih mudah sehingga mengajar jadi lancar jaya. 

Kalau Doni, saya mewajibkan dia untuk menjaga semua kuku jari tangannya tetap pendek.

Sejauh ini...

Sudah jalan tiga bulan lebih, meskipun tidak terlalu rutin belajarnya, karena Doni mendapat banyak PR dan tugas sekolah, sebab harus #studyathome. 

Kalau melihat perkembangan, saya jadi tertarik untuk mengajar gitar juga. Genrenya gitar fingerstyle. 

Meskipun banyak pihak yang mengatakan kalau usia saya sudah agak terlambat untuk memulai profesi baru, namun sebenarnya tidak ada kata terlambat. 

Ada banyak tokoh-tokoh yang sukses dengan profesi baru di usia lanjut, seperti Harland Sanders, Ronald Reagan, Taikichiro Mori, Michael Bloomberg, dan lain-lain. Anda bisa googling untuk mengetahui siapa keempat tokoh yang saya sebutkan sebelumnya dan pada umur berapa mereka sukses. 

Untuk sementara waktu, saya baru sebatas membuat akun YouTube tentang permainan gitar fingerstyle. Ke depan, saya ingin membuat video tutorial cara bermain gitar fingerstyle. Mudah-mudahan segera terwujud.

Proses belajar...

Waktu belajar tidak terlalu lama. Cuma 30 menit untuk satu pertemuan. Memang itu standar durasi belajar alat musik di kebanyakan lembaga pendidikan musik. Bagi saya, itu sudah bagus. Tapi, karena ini keponakan, masih keluarga, waktu bisa fleksibel. Bisa lebih. Bisa 45 menit atau bahkan bisa satu jam.

Doni malah terkadang minta jam belajar keyboard dilebihin. 

"Gak papa, Om. Kita terus belajar aja."

Saya sih oke-oke saja.

Oya, selain itu, kalau di lembaga musik, dalam seminggu hanya ada satu pertemuan. Kalau di saya, ada dua pertemuan dalam seminggu. Khusus buat Doni.

Ada dua hal yang sudah saya ajarkan kepada Doni.

Pertama, Belajar penjarian

Senam jari atau penjarian ini sebenarnya dasar dari permainan piano. Namun tetap bisa diterapkan di keyboard. Ibaratnya, keyboard adalah piano dalam ukuran mini.

Penjarian atau latihan jari solmisasi tangan kanan dan kiri tidaklah sama. Pergerakan jari tangan kanan dan kiri sangat berbeda dalam memainkan satu oktaf do-re-mi-fa-sol-la-si-do.

Saya mungkin akan membahas masalah teknis penjarian ini di tulisan terpisah karena akan cukup menyita badan tulisan

Tujuan dari penjarian ini adalah untuk melatih kelenturan jari-jari tangan kanan dan kiri. Supaya tidak kaku.

Memang di awal, Doni mengeluh jari-jari tangannya lelah, tapi lama-kelamaan, dia sudah terbiasa, "Ah, gak terasa capek lagi, Om."

Kedua, Belajar beberapa lagu sederhana

Seperti sudah saya kemukakan di kendala #2 sebelumnya, meskipun tidak ada buku-buku piano dan keyboard, masih ada buku kumpulan lagu gereja.

Doni, sampai detik ini, baru menguasai dua lagu. Karena #belajardirumah ternyata lebih menguras waktu dan tenaga, penguasaan akan banyak lagu sedikit terhambat.

Dua lagu yang sudah dikuasai adalah :

1. Tuhan Penjaga" dari Puji Syukur hal 728, No.847

Ini video permainan Doni yang saya rekam setelah dia menguasainya.

2. "Tercurah Darah Tuhanku" dari Kidung Jemaat No.35

Ini sedikit lebih rumit, tapi ternyata, Doni dapat memainkannya dengan baik sekali.

Mengapa saya memilih kedua lagu ini?

Sebenarnya bukan saya yang memilih, tapi Doni, karena dia pernah menyanyikan lagu-lagu ini di gereja. Saya juga setuju, karena nada dasar dari kedua lagu ini adalah nada dasar yang paling dasar sekali yaitu do = c

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Sekarang saya mengajari Doni membaca notasi musik standar atau kebanyakan orang menyebutnya sebagai not balok.

Sayangnya, di sekolah, Doni tidak mempelajari tentang hal ini secara spesifik. Cuma not angka. Menurut saya, kemampuan membaca notasi musik standar adalah syarat mutlak kalau mau berkembang ilmu bermusiknya secara signifikan.

Kesan dan harapan

Tentu saja, keluar dari zona nyaman memang butuh waktu. Adaptasi. Dari seorang gitaris menjadi guru "keyboard". Bukanlah hal yang mudah.

Ternyata, setelah menjalani, saya jadi menikmati. Mungkin kelak saya bisa alih profesi jadi guru gitar dan keyboard secara penuh. Kalau memungkinkan sih.

Itu kesan saya. Enjoy aja. Doni juga suka belajar memainkan keyboard. 30 menit tidak terasa. Dia malah minta tambah waktunya.

Harapan saya, mudah-mudahan saya masih bisa memberikan ilmu dan pengalaman memainkan keyboard pada Doni, meskipun kondisi saat ini tidak menentu karena pandemi.

Bisakah gitaris menjadi guru "keyboard"? Jelas bisa. Saya sudah membuktikannya ^_^.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun