Mohon tunggu...
Hamdali Anton
Hamdali Anton Mohon Tunggu... Guru - English Teacher

Saya adalah seorang guru bahasa Inggris biasa di kota Samarinda, Kalimantan Timur. || E-mail : hamdali.anton@gmail.com || WA: 082353613105 || Instagram Custom Case : https://www.instagram.com/salisagadget/ || YouTube: English Itu Fun

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Jangan Remehkan! 7 Kompasianer Ini Kemungkinan Besar Akan Menjadi Sastrawan Kelas Dunia di Masa Depan!

25 Agustus 2019   20:53 Diperbarui: 25 Agustus 2019   21:12 977
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar : Dokumentasi Pribadi

"Ah, yang bener?"

Mungkin Anda tidak percaya dengan judul di atas. 

Tidak masalah kalau Anda tidak percaya. Namun, segala sesuatu mungkin terjadi. Kualitas karya kompasianer, baik itu puisi, cerpen, maupun novel, bisa dikategorikan oke punya, mempunyai kualitas yang tak kalah dengan kelas dunia. 

Mohon maaf bagi yang berada di luar fiksi. Bukan berarti pilih kasih, tapi selama ini, kalau menurut pengamatan saya, kanal fiksi kurang mendapat apresiasi yang sepantasnya.

 Nilai Tertinggi biasa didapat oleh beberapa kompasianer yang piawai dalam menata kata-kata indah dalam fiksi, namun keterbacaan kalah populer dengan kanal politik, sampai-sampai salah satu kompasianer yang berjuluk "Young Lady" mengusulkan pada Pengelola Kompasiana supaya Kanal Politik "dihilangkan". "Young Lady" mengupasnya dalam artikel berjudul Hilangkan Rubrik Politik di Kompasiana.

Saya pribadi tidak mau berkomentar soal keberadaan kanal politik, karena bagi saya pribadi, bukan saja kanal politik, kanal lainnya bisa saja berisi penulis-penulis yang tak bermutu, kalau sekadar menulis untuk mendapat K-Rewards gede. 

Biarlah pengelola Kompasiana yang memutuskan masalah keberadaan kanal-kanal di sini. 

Oke, tanpa banyak panjang lebar, siapa sih 7 kompasianer yang kemungkinan bisa menjadi sastrawan kelas dunia di masa depan? 

Tenang. 

Sabar. 

Menurut tiga lembaga survei terkemuka dan tepercaya, yaitu A.C.Ruangan, A.C Mobil, dan A.C.Alat Berat, maka dari sekian banyak para kompasianer penggila fiksi, 7 kompasianer ini sangat amat layak menjadi the next world writers.

Kita mulai dari peringkat tujuh dulu ya, lalu turun ke enam, lima, dan seterusnya sampai terakhir, nomor satu, yang paling tinggi kemungkinannya versi tiga lembaga survei ^_^. 

Peringkat #7 - Ikhlas (Julak Anum) 

Waktu di awal, saya mengira kalau kompasianer yang satu ini adalah seorang tua, karena julak, kata dalam bahasa banjar yang berarti panggilan untuk kakak dari orang tua, dalam hal ini bisa paman, bisa bibi, tapi kalau melihat gambar profil yang gelap suram, siluet laki-laki yang tampak, maka pasti paman. Namun karena karena ada kata anum yang berarti muda, menunjukkan personal ini seorang yang berwawasan luas dan dewasa, namun masih terbilang muda.

Bagi saya pribadi, tidak menjadi soal apakah tua atau muda. Yang terpenting adalah karya-karyanya memang layak untuk dibaca karena memiliki nilai tambah, nilai moral didalamnya.

Cukup lama juga Julak Anum "bertapa". Mungkin karena kesibukan dalam bekerja atau kuliah. Namun setelah saya membuat sedikit oret-oret, desain awal sebelum mengetik, eeh, Julak muncul, menulis kembali. Yang pertama di bulan Agustus adalah artikel dan yang kedua di bulan ini adalah puisi yang berjudul Sebuah Legitimasi dari Sepi. 

Bagi saya, Julak Anum menulis kata-kata yang sederhana, sehingga mudah dimengerti oleh orang awam seperti saya. Itulah yang menjadi kekuatan sang Julak, dan layak masuk di peringkat 7.

Peringkat #6 - Ari Budiyanti

Bergabung pada tanggal 01 Desember 2018, tapi dalam hitungan hampir sembilan bulan, beliau sudah menulis 452 artikel sampai saat saya menulis ulasan ini. Sungguh luar biasa produktivitas ibu guru yang satu ini. Di tengah kesibukan mengajar, beliau masih mempunyai waktu untuk menulis puisi dan beberapa tulisan menarik lainnya.

Yang membuat saya kagum, selain puisi-puisinya yang memang yahud punya, juga ada gambar-gambar, ilustrasi-ilustrasi yang menyertai setiap tulisan beliau. Foto-foto dokumentasi pribadi yang apik, melengkapi untaian kata yang indah dari seorang ibu guru cantik bernama Ari.

Apalagi kalau menyangkut soal bunga-bunga, wah, tidak ada lawan. Itulah sebabnya, beliau termasuk dalam salah satu kompasianer yang kemungkinan kelak jadi sastrawan kelas dunia (kalau beliau berkehendak begitu ^_^).

Peringkat #5 - Ayah Tuah

Membaca nama dan melihat foto profilnya, tentu semua orang akan beranggapan bahwa sosok yang satu ini adalah seorang laki-laki usia parobaya yang berwibawa, meskipun pencahayaan yang kurang pada foto, sehingga tidak bisa menebak secara kira-kira berapa umur beliau. 

Mungkin beliau sengaja tidak menampakkan kegantengannya ^_^.

Karya-karya beliau pun sangat oke punya. Sesuai dengan arti Tuah dalam namanya, yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Versi Daring, Tuah berarti Sakti.

Terlepas dari nama, karya-karya beliau sangatlah fenomenal, tapi menurut saya, di antara sekian banyak karya, yang menjadi masterpiece beliau sejauh ini adalah salah satu cerpen berjudul Perempuan yang Mengejar dan Lelaki yang Menghindar. Membaca ini, saya jadi geleng-geleng kepala. Sangatlah pantas kalau kelak beliau menyandang gelar sastrawan kelas dunia.

Peringkat #4 - Ropingi Surobledek

Siapa sih yang tidak kenal dengan Ropingi Surobledek? 

Produktivitas beliau dalam menulis sungguh tak diragukan lagi. Sampai saat tulisan ini dibuat, sudah 1.024 tulisan yang beliau hasilkan dalam kurun waktu tiga tahun. Artikel dan puisi. Mayoritas puisi yang menjadi andalan dari kompasianer yang sempat berganti nama menjadi Surobledek di minggu-minggu sebelumnya.

Saya kira kompasianer baru, tapi kok tulisan-tulisannya seperti mengingatkan akan seseorang. Eh, ternyata orang lama. Ropingi ^_^.

Sekarang nama di profil beliau adalah Ropingi Surobledek. Mungkin beliau ingin membuat branding baru dirinya di mata publik.

Yang jelas, gaya menulis beliau, biarpun berganti nama beberapa kali, akan tetap terlihat khas. Sangat kuat, tegas, dan ada sedikit sentilan isu-isu yang sedang marak terjadi saat menuangkan dalam bentuk tulisan fiksi.

Peringkat #3 - Zaldy Chan

Pria gondrong yang cinta keluarga (kalau melihat gambar profil, beliau sedang memeluk dan mencium pipi anak perempuannya, maka saya berkesimpulan, beliau cinta pada keluarga ^_^) adalah penulis produktif yang sangat kental karakternya pada untaian kata-kata puitis maupun pada novel-novelnya. 

Untaian kata dalam karya-karya beliau sangatlah dalam maknanya. Sayangnya, karena kesibukan dalam bekerja, saya tidak terlalu sering singgah ke laman beliau, namun saya tetap berusaha menyempatkan diri membaca karya-karya fiksi beliau dan memberikan vote, meskipun tidak terlalu sering.

Saya yakin, dengan perkembangan beliau dalam menulis fiksi, beliau akan berhasil menjadi sastrawan kelas dunia di waktu mendatang. 

Peringkat #2 - Lusy Mariana Pasaribu

Ibu dosen yang satu ini bisa dikatakan spesialis penulis puisi yang mengkhususkan diri pada topik cinta. Mayoritas puisi-puisi beliau bernafaskan cinta. Otak-atik kata-kata nan puitis dan indah ala Lusy menjadikan puisi cinta bernilai seni tingkat dewa.

Terlalu berlebihan menilai kemampuan seorang Lusy?

Ah, terserah apa kata orang. Bagi saya, ibu dosen ini sungguh merupakan panutan, memberikan contoh akan konsistensi dalam menulis puisi dengan genre cinta, ranah yang bagi kebanyakan orang adalah monopoli kaum Adam, ternyata Lusy mematahkan stigma itu. Kaum Hawa pun bisa menyatakan untaian kata-kata indah seputar cinta.

Mungkin karena kesibukan dalam mengajar, sehingga akhir-akhir ini, beliau agak berkurang intensitasnya dalam menorehkan karya. Tapi, itu tidak menjadi alasan bagi saya untuk tidak menempatkan beliau di posisi dua. Beliau pantas mendapatkannya.

Nah, setelah dari tujuh ke dua, sekarang posisi pertama jatuh pada ....

Jreng .... jreng ... jreng.

Peringkat #1 - Syahrul Chelsky

Sosok pria yang menjuluki diri sendiri sebagai "Tokoh Fiksi" memang menjadi jawara dalam menciptakan fiksi yang membumi dan kebanyakan mempunyai kejutan pada akhir dari setiap karya fiksi yang dihasilkannya.

Beberapa karya beliau sudah sangat banyak yang digelari oleh mimin K sebagai Artikel Utama, idaman setiap fiksianer K, bukti pengakuan bahwa sang kompasianer pengolah karya fiksi telah layak dikategorikan sebagai 'Master' di bidang fiksi.

"Ah, belum apa-apa."

Saya yakin, Syahrul akan berkata seperti itu, sewaktu membaca pujian saya di atas. Memang sosok ini terkesan sederhana, apa adanya, dan terus menggali, mengeksplorasi sisi-sisi kehidupan sehingga pada akhirnya beliau tuangkan dalam serba-serbi urutan kata per kata yang terjalin menjadi satu, membentuk makna mendalam bagi penikmat fiksi seperti saya.

Meskipun, layaknya penulis fiksi pada umumnya, menulis fiksi baru sebatas hobi, sehingga waktu produktivitas agak sedikit mengendor, saya bertanya, "Agak kurang intensitas nulisnya ya, Mas?", beliau menjawab, "Sibuk kerja di kantor, Mas."

Yah, wajar. Saya pun begitu. Periuk nasi harus tersedia setiap hari. Asap dapur harus mengepul setiap saat. Terpaksa, idealisme agak terpinggirkan. Namun, biarpun ada halangan, rintangan, kesibukan, menulis tetap jalan terus, di sela-sela kesibukan.

Melihat semua karyanya yang selalu menjadi sorotan karena kualitasnya yang aduhai, tidak akan ada yang berani protes, saya yakin tidak ada satu pun yang meragukan posisi seorang Syahrul di top position ^_^.

* * *

Terima kasih bagi para kompasianer yang sudah membaca sampai sejauh ini. Apa yang saya tuliskan di atas hanya sebagai penghargaan bagi rekan-rekan kompasianer khususnya tujuh tokoh di atas, yang sudah berjerih lelah menulis, di tengah kesibukan.

Meskipun banyak komentar mengenai kurangnya penghargaan, khususnya K-rewards bagi penulis fiksi, bagi saya pribadi, nilai kekekalan akan sisi-sisi moral lebih bermakna daripada sekadar pengakuan jati diri yang diukur dari besarnya nominal uang.

Nilai-nilai kehidupan, dalam hal ini, "dunia mini" yang diciptakan lewat fiksi, menjadikan saya banyak belajar, bahwa hidup ini haruslah bermakna bagi orang lain, hidup ini haruslah bermanfaat bagi sesama.

Akhir kata, dimana pun posisi tujuh kompasianer di atas, tidak mencerminkan bahwa yang satu lebih unggul dari yang lain, yang lain lebih rendah dari yang itu, karena masing-masing punya kekuatan di topik tertentu. 

Tentu saja, ini murni subjektivitas dari sisi saya. Setiap orang berhak tidak setuju dengan urutan di atas dan tujuh kompasianer yang saya pilih.

Bagaimana menurut pendapat Anda ^_^ ?

Silakan berkomentar ^_^.

Salam Fiksi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun