"Iya, Yah."
Aku pun pergi tidur.
Besok pagi, seperti janji ayah, PR Matematikaku sudah selesai.
Sejak itu aku berjanji dalam hati, "Aku harus belajar giat, rajin, supaya ayah tidak kecewa."
* * *
Mengingat saat itu, aku sedih.
Ayah adalah figur pahlawan bagiku. Laki-laki panutan yang sederhana, tidak banyak bicara, namun "berkata-kata" lewat tindakan nyata.
Ayah, sosok guru bagiku, memberikan contoh real lebih dari sekadar nasihat kosong tanpa aksi.
Ayah memberitahu jalan yang benar, bahwa hidup sukses hanya bisa diraih dengan kerja keras, bukan dengan santai dan kemalasan.
Kalau aku berada dalam kebimbangan, kuingat saat itu.
Kalau aku berada dalam kelesuan, kuingat saat itu.