Mohon tunggu...
Hamdali Anton
Hamdali Anton Mohon Tunggu... Guru - English Teacher

Saya adalah seorang guru bahasa Inggris biasa di kota Samarinda, Kalimantan Timur. || E-mail : hamdali.anton@gmail.com || WA: 082353613105 || Instagram Custom Case : https://www.instagram.com/salisagadget/ || YouTube: English Itu Fun

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

3 Tips Cerdas Berutang dengan Aman

1 Agustus 2019   19:44 Diperbarui: 1 Agustus 2019   19:53 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar : city-press.news24.com

Bicara tentang utang, memang selalu tidak nyaman. 

Teman datang setelah sekian lama tak bertemu, dan di ujung percakapan, tujuan bertemu adalah untuk meminjam uang.

"Aku janji bulan depan pasti kubayar balik."

Berapa banyak di antara Anda yang mendengar janji manis seperti ini?

Dulu, saya sulit untuk menolak, namun waktu mengetahui fakta, kenyataan bahwa janji manis tadi hanya janji palsu, saya jadi kapok meminjamkan uang.

"Kalau teman kita yang berutang hanya kehilangan teman; tapi kita yang meminjamkan, kehilangan teman dan juga uang."

Salah seorang teman saya, sebut saja Joko, mengatakan hal yang memang benar adanya.

Yang berutang dan lari dari tanggung jawab mengembalikan utang cuma kehilangan teman. Tapi yang memberi pinjaman kehilangan double : teman dan uang.

Terkadang memang saya suka menolak teman yang berusaha meminjam uang dari saya; dan saya pun berusaha tidak berutang ke orang lain, meskipun fakta terkadang memilukan, tidak punya uang setelah tengah bulan, karena cadangan dana sudah tak bersisa.

"Ah, pasti kamu tidak bisa mengelola keuangan dengan baik!"

Perkataan yang keluar dari mulut Joni (bukan nama sebenarnya) seperti mudah dilakukan, meskipun kenyataan bertolak belakang. Kenapa? Karena kalau keluar dari mulut seorang yang mapan dan tidak pernah kekurangan seumur hidupnya, tentu saja mengelola penghasilan yang melebihi UMR tidaklah susah. Berbeda dengan mengelola gaji pendapatan yang di bawah standar, apalagi gaji guru honorer yang pernah saya peroleh dulu ^_^. 

Kalau seandainya tidak ada sampingan lain, pasti tidak akan cukup untuk sebulan.

Untungnya, saya tidak terjerumus dalam praktek penggunaan salah kaprah kartu kredit seperti teman saya (karena saya memang tidak punya kartu kredit ^_^); atau berutang pada rentenir; atau hit and run, meminjam pada teman, lalu ngacir tak berbekas seperti hilang ditelan bumi, tidak melunasi utang.

Ada teman saya, sebut saja Fandi, yang punya tiga kartu kredit (dua punya dia, satu punya istri) yang dia gunakan untuk berutang, dan pusing karena harus membayar tagihan ketiga kartu setiap bulan.

Ada juga rekan guru di esde saya dulu, sebut saja Marni, yang punya utang di koperasi sekolah. "Untuk kebutuhan anak dan cucu," kilahnya. Akibatnya? Tidak ada gajinya yang tersisa untuk awal bulan berikut. Gaji habis untuk membayar utang!

Nah, mencermati masalah utang ini, menurut pengalaman saya pribadi, ada cara, tips untuk berutang secara aman. Bebas resiko. Tidak perlu takut dikejar-kejar penagih utang.

Ada berapa tips?

Cukup 3 saja. Mungkin kalau di antara Anda punya tips yang lain dan Anda sudah menuliskan dalam bentuk artikel di Kompasiana, bisa Anda bagikan di kolom komentar di bawah artikel ini ^_^.

3 tips cerdas berutang dengan aman, menurut saya, yaitu :

1. Pinjam pada Anggota Keluarga

Berutang pada anggota keluarga, seperti ayah, ibu, kakak, adik, sepupu, keponakan, dan lain-lain, tentu saja lebih minim resiko daripada kalau meminjam pada teman, rentenir, bank, atau pihak lain.

Selain tanpa bunga, mereka pun biasanya tidak enak kalau menagih utang kepada anggota keluarga yang berutang tadi. Mereka juga biasanya tahu kesulitan keuangan anggota keluarganya. Hal ini tentu saja berbeda seandainya teman atau pihak luar yang memiutangi. Mereka tidak tahu (dan terkadang tidak mau tahu kesulitan ekonomi si peminjam), dan selain tidak ada hubungan keluarga atau hubungan darah, mereka juga butuh uang mereka kembali dengan tempo yang secepat-cepatnya. 

Meskipun berutang pada anggota keluarga bisa dikatakan lebih mudah, namun bukan berarti Anda dengan seenaknya lari dari tanggung jawab melunasi utang.

Beri tenggat waktu, kapan akan melunasi. Seandainya pada tanggal yang sudah ditentukan, masih belum bisa melunasi, beritahu alasan kenapa tidak bisa membayar utang, dan minta perpanjangan waktu. Saya yakin, anggota keluarga yang meminjami tidak akan tega untuk mendesak pelunasan, kecuali yang memang tidak peduli.

Intinya, pegang komitmen, tetap jaga hubungan baik dengan keluarga dan sanak famili. Cicil utang, kalau perlu dengan disertai bukti kuitansi, karena seperti ada pepatah tak tertulis, "keluarga ya keluarga, tapi kalau sudah menyangkut uang, uang itu tidak mengenal istilah keluarga."

2. Berutang untuk tujuan produktif

Pernah berutang untuk tujuan konsumtif?

Kalau di antara Anda diberikan pertanyaan di atas, anggukan kepala pasti lebih dari sekali ^_^.

Saya teringat dengan teman saya, sebut saja Mirna, yang membelikan hape untuk kedua anaknya, Doni dan Melinda (keduanya bukan nama sebenarnya).

"Kenapa kamu belikan hape untuk mereka berdua? Kan mereka masih kecil, masih esde," tanya saya suatu kali, waktu mereka berkunjung ke rumah saya.

"Adeknya, Linda, iri sama abangnya. Abangnya punya hape, dia juga ingin punya hape. Daripada berkelahi, kubelikan hape juga untuk Linda," begitu alasan Mirna.

Saya sebenarnya tidak bermaksud untuk mengatakan bahwa anak-anak tidak boleh menggunakan hape. Boleh, tapi untuk apa membelikan keduanya hape, sedangkan dengan satu hape saja, mereka bisa menggunakan secara bersama-sama. Lagipula, anak-anak zaman sekarang, generasi milenial, kebanyakan menggunakan gawai untuk main game online, kegiatan konsumtif, bukan produktif. Budaya membaca buku jadi tersingkirkan. 

Saya punya rekan guru di esde terdahulu, sebut saja Bastian, yang mengambil kredit hape untuk istri, beli panci penggorengan secara kredit, sepeda motor juga secara kredit, padahal honornya sebagai guru honorer sangat jauh dari cukup. Jangankan untuk membayar berbagai kredit tadi, untuk biaya kehidupan sehari-hari dengan istri dan satu anak saja tidak cukup!

Berbeda kalau berutang untuk tujuan produktif. Misalnya, kredit sepeda motor yang saya lakukan dahulu, karena saya ingin cepat ke sekolah, kampus, dan mengajar les privat, serta kursus bahasa Inggris. Faktor kecepatan tak mungkin saya peroleh, jika tetap bersepeda kayuh, yang selain menguras fisik dan stamina, juga menimbulkan aroma tubuh yang kurang 'sedap', karena berkeringat ^_^.

Sayangnya, dahulu waktu saya mengambil kredit sepeda motor, ojek online seperti Gojek dan Grab belum ada. Seandainya sudah ada, akan lebih jos lagi. Lebih dari produktif :).

Berutang untuk tujuan produktif seperti untuk membuka usaha lebih dianjurkan. Misalnya, usaha fotokopi, katering, warung makan, jual pakaian, bimbel, dan lain sebagainya. Jangan iri dengan tetangga yang baru membeli kulkas dua pintu dengan merek terkenal. Siapa tahu, sang tetangga membeli secara kredit. Syukuri dengan barang dan alat yang Anda punya. Kalau sudah punya kulkas, untuk apa beli yang baru, kalau yang ada masih berfungsi?

Jangan latah, ikut-ikutan teman. Teman beli hape tipe terbaru, ikut-ikutan beli, karena ingin lebih lancar main game online. Yah, kalau dapat duit dari situ sih, tidak mengapa, tapi kalau cuma menghabiskan waktu (yang tak pernah akan kembali lagi), tenaga, dan juga kuota internet (yang dibeli dari uang yang terbuang percuma untuk bermain game online), ya jadi sia-sia belaka.

3. Lunasi Utang Secepatnya

Lunasi utang sesegera mungkin, baik itu yang meminjam dari anggota keluarga atau lewat jasa pembiayaan. 

Sedapat mungkin, kalau ada uang berlebih, segera sisihkan, berikan pada anggota keluarga yang memberi Anda pinjaman. Selain supaya dia bisa menggunakan untuk kebutuhan sehari-hari (apalagi kalau anggota keluarga berstatus sebagai karyawan), juga supaya tidak ada rasa canggung waktu bertemu karena masih berutang.

Untuk jasa pembiayaan, seperti misalnya leasing, jangan sampai terlambat membayar angsuran, karena sekali Anda terlambat, catatan riwayat kredit Anda akan tercoreng, dan semua jasa keuangan bisa melihat catatan tersebut secara daring, dan itu akan menyulitkan Anda di kemudian hari jika Anda membutuhkan pinjaman lagi.

***

Intinya, sedapat mungkin hindari utang kalau Anda bisa membeli secara tunai atau dalam kondisi tidak perlu membeli barang-barang tertentu yang tidak begitu dibutuhkan dan mendesak.

Namun, seandainya harus berutang, karena situasi dan kondisi darurat, kiranya 3 tips cerdas berutang dengan aman di atas bisa mengatasi masalah dan bisa dipastikan tidak akan menimbulkan masalah baru, dibandingkan cara-cara lain, asal melakukan 3 tips cerdas tadi secara benar.

Kalau seandainya berutang, mungkin lebih baik digunakan untuk berbisnis, karena selain memberikan income untuk biaya hidup sehari-hari, juga bisa untuk mencicil utang, serta bisa untuk membeli rumah impian, bagi Anda yang masih mengontrak rumah.

Baca juga : 3 Cara Cepat Punya Rumah Impian bagi Kaum Milenial

"Saya tidak punya modal besar. Juga tidak punya agunan untuk mengajukan kredit usaha."

 Ini alasan beberapa teman saya yang takut atau tidak bisa berbisnis karena kendala tiadanya agunan.

Tidak usah khawatir. Dengan adanya internet dan gawai, Anda sudah bisa berbisnis online. Tidak kalah hasilnya dengan bisnis offline, malah mungkin bisa mendapat lebih.

Baca juga : 5 Keuntungan Wow dalam Berbisnis Online

Akhir kata, berutang adalah pilihan. Jangan sampai Anda memilih berutang pada orang yang salah; membeli produk berdasar 'keinginan' yang seperti kebutuhan; dan ingkar janji dalam melunasi utang.

Ingat pepatah yang berbunyi, "Sekali Lancung ke Ujian, Seumur Hidup Orang Tak Percaya."

Mudah-mudahan Anda tidak termasuk tipe orang yang tidak bisa dipercaya. 

Salam Kompasiana. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun