Meskipun berutang pada anggota keluarga bisa dikatakan lebih mudah, namun bukan berarti Anda dengan seenaknya lari dari tanggung jawab melunasi utang.
Beri tenggat waktu, kapan akan melunasi. Seandainya pada tanggal yang sudah ditentukan, masih belum bisa melunasi, beritahu alasan kenapa tidak bisa membayar utang, dan minta perpanjangan waktu. Saya yakin, anggota keluarga yang meminjami tidak akan tega untuk mendesak pelunasan, kecuali yang memang tidak peduli.
Intinya, pegang komitmen, tetap jaga hubungan baik dengan keluarga dan sanak famili. Cicil utang, kalau perlu dengan disertai bukti kuitansi, karena seperti ada pepatah tak tertulis, "keluarga ya keluarga, tapi kalau sudah menyangkut uang, uang itu tidak mengenal istilah keluarga."
2. Berutang untuk tujuan produktif
Pernah berutang untuk tujuan konsumtif?
Kalau di antara Anda diberikan pertanyaan di atas, anggukan kepala pasti lebih dari sekali ^_^.
Saya teringat dengan teman saya, sebut saja Mirna, yang membelikan hape untuk kedua anaknya, Doni dan Melinda (keduanya bukan nama sebenarnya).
"Kenapa kamu belikan hape untuk mereka berdua? Kan mereka masih kecil, masih esde," tanya saya suatu kali, waktu mereka berkunjung ke rumah saya.
"Adeknya, Linda, iri sama abangnya. Abangnya punya hape, dia juga ingin punya hape. Daripada berkelahi, kubelikan hape juga untuk Linda," begitu alasan Mirna.
Saya sebenarnya tidak bermaksud untuk mengatakan bahwa anak-anak tidak boleh menggunakan hape. Boleh, tapi untuk apa membelikan keduanya hape, sedangkan dengan satu hape saja, mereka bisa menggunakan secara bersama-sama. Lagipula, anak-anak zaman sekarang, generasi milenial, kebanyakan menggunakan gawai untuk main game online, kegiatan konsumtif, bukan produktif. Budaya membaca buku jadi tersingkirkan.Â
Saya punya rekan guru di esde terdahulu, sebut saja Bastian, yang mengambil kredit hape untuk istri, beli panci penggorengan secara kredit, sepeda motor juga secara kredit, padahal honornya sebagai guru honorer sangat jauh dari cukup. Jangankan untuk membayar berbagai kredit tadi, untuk biaya kehidupan sehari-hari dengan istri dan satu anak saja tidak cukup!