"Bisnis apa, pak. Cuma jual gorengan. Saya dan istri malah bangga anak-anak berhasil semua. Kami ini lulusan sekolah rendah. Saya cuma lulusan SMP. Istri saya malah gak lulus SD, hanya sampai kelas empat. Berhenti karena gak ada biaya sekolah. Biar aja kami yang bodoh, tapi jangan sampai anak-anak jadi seperti kami."
Ini saat kedua saya malu kembali.
Meskipun tidak berpendidikan tinggi, Pak Basuki dan istri bekerja keras. Demi pendidikan anak-anak mereka.
3. Sudirman, Penjual Pentol sejak 1993
Sembari mengganti gear dan rantai sepeda motor saya di bengkel Pak Tarno di awal Juli tahun ini, seorang penjual pentol datang ke bengkel sambil menuntun sepeda motor.
"Ganti ban dalam, Pak."
Sosok bapak dengan usia sekitar 50-an ini terlihat sederhana. Dua boks di sisi kiri dan kanan di jok belakang layaknya penjual pentol di keseharian.
"Sudah berapa lama jualan pentol, Pak?" tanya saya penasaran.
"Sudah lama, Pak. Sejak 1993."
"Wah, awet banget. Untungnya besar kalau begitu ya, Pak, dari jualan pentol?"
"Yah, lumayan, Pak. Bisa beli rumah, sama motor, dan juga bisa nyekolahin anak dan kirim uang ke kampung."
"Ini bapak jualannya keliling atau mangkal di satu tempat?"