Dan memang, saya lebih mudah dalam mencari pekerjaan, setelah menyandang gelar sarjana, karena ibarat kata, pengalaman dengan teori saya berimbang, malah lebih banyak pengalaman, daripada teori.
Kok bisa?
Karena saya dari pagi jam 07.15 sampai jam 01.30 siang mengajar di esde. Kemudian saya makan siang sebentar, dan langsung berangkat ke kampus sesudahnya.
Jam 02.30 siang sampai jam 05.00 sore saya kuliah. Jam lima sore, saya jogging sebentar, lalu jam 6 malam sampai jam 08.30 malam, saya mengajar les privat atau di kursus.
Saya baru tiba di kamar kos, pada jam 10 malam. Kelayapan? Tidak. Saya biasanya dinner dulu di warung sebelum pulang dan terkadang mengerjakan tugas kuliah di rental komputer.Â
Maklum, anak kos, malas masak (lagian di kos cowok, gak ada dapur. Gimana mau masak, heheheh ^_^), juga karena masih kere dulu, belum punya laptop. Jadi pagi atau siangnya, saya tulis di buku, baru malamnya, saya ketik di rental komputer.
Bisa dibayangkan, teori lebih sedikit dari praktek. Kuliah cuma sekitar tiga jam sehari, tapi praktek sampai memakan waktu sembilan sampai sepuluh jam dalam sehari. Sisa waktu digunakan untuk mandi, makan, mengerjakan tugas kuliah, olahraga ringan, istirahat, dan tidur.
Capek? Tentu saja, tapi karena dulu saya masih muda, saya menjalani dengan anteng saja. Kalau sekarang, tentu saja berbeda ^_^.
Hasil dari proses kerja sambil kuliah?
Tidak mengecewakan. Bukan ingin menyombongkan diri. Saya lulus dengan predikat Cum Laude di jenjang Diploma Tiga dan juga lulus dengan predikat Cum Laude di jenjang Sarjana di kesempatan berikut.
Saya membuktikan, kalau kerja dan kuliah bisa dilakukan berbarengan.