"Aneh kamu, Ton. Ngapain nulis terus-terusan di buku kecil begitu? Untuk apa tulisan-tulisan itu?"
Dulu saya suka menulis di buku-buku kecil di tahun 2000 awal sampai sekitar tahun 2008. Teman-teman saya heran dengan kebiasaan saya tersebut.
"Emang bapak nulis apaan sih? Cerpen? Puisi?" tanya Joko, sebut saja begitu, seorang rekan guru di sekolah tempat kami mengajar.
"Ya, Pak. Cerpen, puisi, artikel. Baik dalam bahasa Indonesia, maupun dalam bahasa Inggris," jawab saya sambil tersenyum.
"Terus, tulisan-tulisan bapak itu bapak kirim ke media cetak?" tanya Joko lagi, sambil menyeruput kopi. Keliatan nikmat.
"Ya."
"Ada yang dimuat?" Joko penasaran.
"Tidak ada satu pun. Nanti, saatnya akan tiba," jawab saya, optimis.
Namun, karena tidak ada yang termuat, membuat saya jadi jenuh juga.
Memang, manfaat menulis sangatlah besar saya rasakan, terutama pada prestasi akademik. Saya meraih peringkat tertinggi sewaktu diwisuda, baik waktu lulus Diploma Tiga, maupun waktu meraih gelar Sarjana.