Saya pikir, ini tanggung jawab yang Tuhan berikan kepada setiap guru.Â
Mendidik anak-anak ini, mempersiapkan mereka menjadi anak-anak yang tangguh, bermoral, bermartabat, dan berilmu.
Kalau saya membiarkan peserta didik bertindak semaunya, apa bedanya saya dengan beberapa guru-guru PNS yang malas?
Sekarang saya sudah tidak mengajar sebagai guru di SD.Â
Tidak ada penyesalan di hati, mengabdi sebagai guru honorer sekian lama, dengan gaji ala kadarnya, karena ada nilai-nilai kekekalan di balik jerih payah saya.Â
Nilai-nilai kekekalan itu adalah waktu bertemu mantan murid SD yang sekarang sudah menjadi karyawan atau pengusaha, dan mereka berkata, "Pak, buku yang berisi lagu-lagu bahasa Inggris yang dulu bapak ajarkan masih saya simpan," atau "Pak, kangen masa lalu, waktu belajar bahasa Inggris sama Bapak waktu di SD," atau "Wah, sayang, bapak gak ngajar di sekolah lagi. Pasti menurun prestasi murid-murid di sekolah."
Dihargai, meskipun hanya lewat kalimat-kalimat sederhana, sudah menyenangkan hati.Â
Paling tidak, ada jejak-jejak ilmu pada beberapa mantan murid, dan yang terutama nilai-nilai moral, bahwa jasa guru takkan pernah bisa lenyap, meskipun sudah tak bersua bertahun-tahun.Â
Meskipun 21 tahun mengarungi profesi di tengah keterbatasan penghasilan, saya tetap bersyukur.Â
Karena warisan ilmu lebih berharga daripada harta yang bisa dicuri orang.
"Mendidik, meninggalkan jejak buat peserta didik, menjadi bekal mereka untuk menghadapi masa depan."