Mohon tunggu...
Hamdali Anton
Hamdali Anton Mohon Tunggu... Guru - English Teacher

Saya adalah seorang guru bahasa Inggris biasa di kota Samarinda, Kalimantan Timur. || E-mail : hamdali.anton@gmail.com || WA: 082353613105 || Instagram Custom Case : https://www.instagram.com/salisagadget/ || YouTube: English Itu Fun

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

3 Pertanyaan yang Paling Menjengkelkan di Bawah Kolong Langit Ini

13 Mei 2019   00:13 Diperbarui: 13 Mei 2019   00:23 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hidup ini memang unik. Setiap orang; meskipun tinggal di kota yang sama, bekerja di tempat kerja yang sama, menghuni rumah yang sama; namun mempunyai kisah hidup yang berbeda. Bahkan saudara kembar sekalipun punya kisah kasih yang berbeda, eh ^_^.

Selama hidup dikandung badan, saya menemukan 3 pertanyaan yang membuat saya atau orang-orang yang saya kenal sangat, sangat jengkel. 

Sebenarnya tiga pertanyaan ini mungkin bagi sebagian orang sangat biasa kalau ditanyakan, tapi bisa teramat sangat mengganggu bagi sebagian orang lain. 

Apa tiga pertanyaan tersebut?

Cekidot ^_^

1. Kapan selesai kuliah?

Kalau orangtua yang menanyakan, itu lumrah, apalagi kalau mereka yang membiayai uang kuliah. Kuliah tak kelar-kelar, uang mengalir terus tiada guna.

Tapi kalau orang lain yang menanyakan, terkadang memang bikin urat leher menegang. Apalagi kalau disertai pertanyaan atau pernyataan lanjutan, seperti :

"Apa sih masalahnya?"

"Kamu males ya? Ini sudah enam tahun. Setahun lagi D.O. Ayolah cepat selesaikan skripsi."

"Dosenmu susah ditemui? Usaha dong. Jangan melempem begitu. Semangat."

"Pasti kamu bisa. Ayo, jangan bikin kendor."

Dan masih banyak lagi pertanyaan atau pernyataan yang lain.

Apa komentar dari beberapa teman saya yang tak mau disebutkan namanya, berkaitan dengan pertanyaan "Kapan selesai kuliah?" dan pertanyaan atau pernyataan lanjutan di atas?

"Ah, bete. Mereka nanya, tapi cuma sekedar nanya. Bantu kagak."

"Mereka menggampangkan masalahku. Menganggap aku kurang berusaha, loyo, dan lain sebagainya. Kayak tau masalahku aja."

"Memberi seabrek nasihat gimana mendekati dosen biar luluh hati. Sampai terngantuk-ngantuk saking bosannya dengerin. Panjang banget petuahnya."

Untungnya saya sudah selesai kuliah, jadi sudah tak pernah mendapatkan wejangan atau rongrongan dari siapa pun. Wong sudah selesai ^_^.

Bagi yang belum selesai, saya tidak akan menambah berat bebanmu, baik beban pikiran maupun beban biaya (dan tolong jangan minta utangan ke saya untuk bayar SPP ya. Malu. Udah dewasa, masa masih minta-minta ^_^).

2. Kapan kawin?

Nah, kalau yang ini, terkadang malah membuat salting alias salah tingkah. Duduk tak nyaman, makan tak enak, tidur pun tak nyenyak (eh, ini lirik lagu dangdut atau bukan ya ^_^?)

Dan sama seperti poin pertama di atas, kalau ortu yang menanyakan, adalah suatu kewajaran. 

Kenapa?

Ada tiga alasan (sebenarnya banyak, tapi karena untuk membatasi halaman, cukuplah tiga saja. Takutnya kalau terlalu mendetail, nanti banyak yang mau konsultasi soal perjodohan dan pernikahan ke saya. Kan berabe. Emangnya saya makcomblang dan konsultan pernikahan ^_^?).

Pertama, Mereka bosan melihat putra atau putri mereka tergantung pada mereka terus. Mereka ingin putra-putri tersayang mandiri. Makan, makan sendiri sudah, Tidur, tidur sendiri sudah (tapi jangan keterusan tidur sendiri. Harus ada pasangan dong. Yang sah, tentu saja ^_^). Rumah, rumah sendiri yang belum ada. 

Masih tinggal di Pondok Orangtua Indah. Ini sih sebenarnya umum terjadi. Biasanya malah orangtua senang putra-putri mereka masih tinggal serumah, meskipun sudah sarjana dan bekerja. Namun ada beberapa yang lain ingin anak-anak mereka mandiri, punya rumah sendiri. Paling tidak, persiapan sebelum menikah.

Kedua, Mereka ingin semua orang melihat kalau putra-putrinya mendapat pasangan hidup. Apalagi kalau putri. Lewat 30, sudah jadi bahan omongan, gosip. Makin digosok, makin sip. Dianggap perawan tualah, tertutuplah, juteklah, terlalu sibuk dengan karierlah, tempat kaporit hanya kantor dan rumahlah, de-el-el, de-es-be, sampai panjang berderet.

Karena anak-anak sudah berkeluarga, berarti anak-anak mereka sudah dewasa sepenuhnya. Nah, poin ketiga adalah sambungannya ^_^.

Ketiga, Mereka ingin momong cucu.

Dengan adanya cucu, berarti mereka mempunyai 'kesibukan baru' di masa tua. Hiburan yang menyenangkan, dimana mereka sudah tak bekerja, pensiun dari tempat kerja, sedangkan menantu dan anak mereka sibuk mencari uang dari pagi sampai sore, bahkan mungkin sampai malam. Otomatis, mereka, para kakek dan nenek, mempunyai pekerjaan baru di masa tua. Momong cucu.

3. Anaknya berapa?

Nah, kalau seandainya pertanyaan ini ditujukan kepada sepasang suami-istri yang sudah mempunyai anak, tentu tak masalah.

Tapi kalau seandainya, sudah lama menikah, tapi belum ada anak yang hadir di antara mereka, tentu saja membuat sesak di dada. Sakitnya tuh di sini (nunjuk dada sendiri ^_^).

Tapi kalau belum nikah, lebih sakit lagi. Dilema. Kalau bilang,"Sudah," takut dosa, karena tak jujur. Kalau bilang, "Saya belum nikah," maka pertanyaan lanjutan yang muncul adalah, "Kenapa belum? Tunggu apa lagi? Ngapain lama-lama menjomblo? Kapan kawinnya? Segera kawin. Keburu kiamat nanti."

^_^.

Kalau yang model begini, ibarat kena jab sama uppercut beruntun. Double Combo ^_^.

Solusi Untuk Menghadapi 3 Pertanyaan Para Kepomania

Nah, setelah mengetahui 3 pertanyaan yang paling menjengkelkan di bawah kolong langit ini, sekarang pertanyaannya, "Bagaimana menjawab 3 pertanyaan tadi?"

Tenang. Duduk manis. Buka telinga lebar-lebar ^_^.

1. Jawaban untuk Pertanyaan "Kapan selesai kuliah?"

Jawaban saya cuma satu, supaya pertanyaan basi semacam ini lenyap dari pendengaranmu.

Yaitu : Jawab lewat tindakan nyata. Cepat selesaikan skripsimu! Tanpa TAPI dan NANTI!

Yah, cuma itu caranya, cara satu-satunya. Dengan begitu, setelah kau meraih gelar sarjana, mereka tak menanyai lagi pertanyaan old school "Kapan selesai kuliah".

2. Jawaban untuk Pertanyaan "Kapan kawin?"

Jengkel dengan pertanyaan ini?

Tak usah jengkel. Memang tidak semua orang mengerti masalahmu. 

Apakah kau trauma menjalin hubungan baru karena dulu pernah patah hati disebabkan doi selingkuh?

Apakah kau merasa minder karena paras tak rupawan atau rupawati?

Apakah kau merasa kismin dan merasa tak punya kemampuan apa-apa?

Tenang, bro en sis. Kalian tak sendirian.

Ada dua opsi.

"Serius?" mungkin begitu pertanyaanmu.

"Iya. Ciyus. Miapah ^_^?" jawabku.

^_^.

"Oke-oke. Saya serius kali ini ^_^."

Solusinya ada dua opsi yang tersedia, bro en sis.

Pertama, cuek aja, kalau kalian merasa nyaman seorang sendiri. Untuk apa memaksakan diri mencari pasangan hidup, kalau kalian ingin menjomblo seumur hidup? Jangan termakan dengan kalimat "single itu pilihan, jomblo itu nasib". Bullshit semua itu.

Memilih menjomblo itu hak semua orang. Lagipula, kalau pun yang merongrong, mempertanyakan "kapan kawin?" itu ditanya balik, "Eh, kalau aku kawin, kamu mau danain nggak?"

Apa kira-kira jawaban mereka?

Bisa dipastikan mereka mak klakep, diam seribu bahasa. Bawel mereka pun lenyap.

Kedua, cepat-cepatlah cari pasangan hidup, kalau tak tahan dengan lontaran pertanyaan "Kapan kawin?". Jangan hanya mencari wangsit di rumah. Gak bakalan ketemu kau punya jodoh. Bersosialisasilah. Ikutlah komunitas lari, renang, bersepeda, menulis, melukis, menggambar, menyanyi, atau yang lainnya, sesuai minat.

Kalau sesuai minat kan enak. Punya hobi sama, bisa sama-sama menjalani hobi sambil pacaran. Contohnya seperti yang ada di film Mari Lari. Memang itu cuma film, tapi bukan tidak mungkin, dalam kehidupan nyata, ada kejadian seperti itu. Kemungkinan terbesar malah film tersebut terinspirasi oleh banyaknya pasangan yang sah menjadi suami-istri, dikarenakan bertemu dan eksis di komunitas lari.

Jadi, temukan soulmate-mu sesegera mungkin jika opsi kedua yang kau pilih ^_^.

3. Jawaban untuk Pertanyaan "Anaknya berapa?"

Ada 2 solusi sederhana.

Pertama, untuk yang sudah menikah, tapi belum ada anak, bilang saja, "Masih proses." Pasti yang ada di pikiran sang penanya, "Oh, pasti lagi hamil nih," atau "Sedang konsultasi ke dokter kandungan," atau "Oh, mungkin ngurus bayi tabung," atau "Oh,Oh ...," yang lain.

Kedua, untuk yang berstatus jomblo premium (ehem ^_^), bilang aja, "Belum punya."

Kemungkinan yang ada di pikiran sang penanya, "Oh, belum saatnya kali ya," atau "Mungkin sudah usaha, tapi belum ada hasil," atau "Ini orang sudah nikah atau belum? Kok jawaban singkat, padat, tapi gak jelas gitu?"

* * *

Yah, mudah-mudahan setelah membaca pemaparan saya di atas, kejengkelan tingkat dewa kamu sirna.

Mungkin para konco punya solusi lain untuk menjawab tiga pertanyaan super menjengkelkan di atas?

Bisa di-sharing di kolom komentar di bawah ^_^.

Salam Kompasiana.

*

Samarinda, 12 Mei 2019

Anton

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun