Memang mereka minim pengalaman. Tapi para anggota dewan yang sekarang ini dulunya juga nirpengalaman. Kalau tidak diberi kesempatan, bagaimana mereka punya pengalaman?Â
Apalagi mereka menonjolkan pemberdayaan perempuan dan kaum muda. Tentu ini adalah pemerataan yang bagus, menunjukkan bahwa politik itu bukan monopoli usia tiga puluh atau empat puluh tahun ke atas. Usia dua puluh ke atas pun sudah layak menjadi wakil rakyat. Kenapa? Alasan ketiga di bawah akan menjawabnya.Â
Ketiga, PSI fokus membangun sistem rekrutmen yang berdasarkan model meritokrasi. Apa itu meritokrasi? Saya pun mencari artinya di aplikasi Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kelima di gawai saya.Â
"Meritokrasi adalah sistem yang memberikan kesempatan kepada seseorang untuk memimpin berdasarkan kemampuan atau prestasi, bukan kekayaan, senioritas, dan sebagainya." (KBBI V)
Nah, sudah jelas kalau PSI tidak akan merekrut kader, semata-mata karena kaya, pengalaman banyak, dan lain sebagainya. Tidak. PSI akan menguji berdasarkan kemampuan dan prestasi sang calon kader.Â
Menurut saya, salah satu caleg berkualitas dari PSI adalah Giring Ganesha, mantan vokalis band ternama Nidji. Karena PSI tidak mencapai suara minimal 4 persen untuk caleg DPR RI, Giring Nidji tidak akan menuju ke senayan, meskipun seandainya dia meraup suara terbanyak di dapilnya. Namun usia Giring masih muda, baru 35 tahun. Dia masih bisa mencoba di tahun 2024 mendatang.Â
Keempat, Sangat menentang intoleransi dan diskriminasi minoritas.
Sudah tak diragukan lagi, kalau PSI sangat menentang intoleransi dan diskriminasi minoritas. Anda bisa mencari pernyataan-pernyataan kader-kader PSI yang mendukung poin ini di internet.
Meskipun agak "terlalu berani" (mungkin karena ciri khas orang muda), namun menurut pemandangan saya, dalam kondisi sekarang, perlu ada orang-orang yang radikal untuk membenahi carut-marut kondisi idealisme Indonesia.Â
Banyak orang rindu akan sosok-sosok tegas seperti Ali Sadikin, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), dan lain-lain, yang teguh pada Pancasila dan UUD 1945..Â