Saya sudah lama mengikuti tulisan-tulisan Pak Edy yang aktual, tajam, dan tepercaya ^_^.
Ulasan-ulasan beliau yang berkaitan dengan politik sangatlah mengena dan setiap kalimat begitu runtut dan enak dibaca.Â
Berkaitan dengan penggila sambal, saya tak tahu pasti apakah beliau betul-betul menyukai sambal begitu rupa, sampai-sampai jika tak ada sambal, selera makan pun tak ada, lenyap seketika (ini kok jadi puisi ^_^).
Namun kalau membaca tulisan beliau yang berjudul Enaknya "Disambelin" Ibu, sepertinya begitu. Sambal erat sekali dengan masa kecil beliau bersama ibunda tercinta.Â
Membaca tulisan ini, mengingatkan saya akan ibu saya yang dulu waktu saya kecil juga suka membuat sambal di cobek. Kangen akan sambal buatan ibu. Sayang, ibu saya sudah tiada.Â
Paling tidak, tulisan Pak Edy mengingatkan memori indah saya bersama ibu.Â
Ibu yang mengaku sudah tua ini (padahal kalau melihat fotonya, saya rasa masih sweet seventeen. Bagaimana menurut Anda ^_^?) suka menulis puisi, seperti Bu Ekriyani dan Pak Ropingi.Â
Meskipun beliau mengaku kalau sudah lama tak menulis, dan baru kini menulis lagi, saya kira, kesaktian beliau belum hilang dalam merangkai kata-kata indah sarat makna.Â
Berkaitan dengan sambal, bisa dibilang beliau termasuk penggila sambal. Apalagi berdomisili di kota Yogya yang kaya dengan kuliner beraneka rupa.
Sambal Bercampur dengan Ayam, Ayam Geprek yang Lagi Hitz dan Sambal Teri Jenki, Hemat Sekali membuktikan kalau beliau bukan sekadar penikmat sambal, bahkan bisa mengolah sambal yang oke punya.Â