Beberapa kompasianer ini (maaf tidak bisa semua saya sebutkan ^_^) menelurkan karya-karya tulis yang, menurut saya, sangat unik. Semua berhubungan dengan sambal. Apakah mereka penggila sambal, bisa buat sambal, atau sekadar memeriahkan suasana Kompasiana karena mengusung topik pilihan Gairah Sambal Nusantara? Entahlah. Terlepas dari motivasinya, tulisan-tulisan mereka sudah memberi warna tersendiri setelah panasnya elit politik perihal pemilu yang sudah berlangsung.Â
Beberapa kompasianer ini, menurut saya, menelurkan karya yang unik yang berkaitan dengan sambal. Semua dengan gaya khas masing-masing.
1. Ekriyani
Kompasianer yang satu ini berprofesi sebagai guru. Suka menuangkan diksi-diksi ciamik dalam banyak puisi, ternyata (katanya) punya sambilan berbisnis kuliner. Salah satu artikel beliau mengenai dadar gulung istimewa, kubeli di kota (eh, seperti lirik lagu ya ^_^) membuktikan kepiawaian beliau, bukan hanya mengolah diksi menjadi untaian kalimat indah dalam puisi, namun beliau juga jago dalam membuat waday (dibaca : kue, kata dalam bahasa banjar) atau serba-serbi yang berhubungan dengan kuliner wow.Â
bonjer, sempol tahu, dan lekker holland.
Itu baru satu artikel soal kuliner dari Ekriyani. Masih ada lagi artikel beliau yang lain tentang kuliner, seperti tentang(Saya endorse ibu lho. Jangan lupa komisi buat saya ya ^_^)
Nah, sebenarnya saya cukup kaget, karena beliau menulis puisi tentang sambal. Saya kira beliau akan menuliskan tentang sambal khas banjar, seperti sebelumnya dia menulis tentang Sambal Aceh. Namun ternyata puisi dengan judul Pedas yang dilahirkan.
Jangan sepelekan isinya. Beliau bisa dengan jitu meramu kegiatan sehari-hari yang mungkin kita anggap biasa menjadi untaian kata yang luar biasa.Â
Tidak percaya? Anda baca sendiri. Buktikan pedasnya kata-kata dalam puisi Ekriyani ^_^.