Mohon tunggu...
Hamdali Anton
Hamdali Anton Mohon Tunggu... Guru - English Teacher

Saya adalah seorang guru bahasa Inggris biasa di kota Samarinda, Kalimantan Timur. || E-mail : hamdali.anton@gmail.com || WA: 082353613105 || Instagram Custom Case : https://www.instagram.com/salisagadget/ || YouTube: English Itu Fun

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Andaikan Kau Anakku

30 April 2019   00:40 Diperbarui: 30 April 2019   01:07 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Andaikan kau anakku, pasti kau akan kubawa ke restoran. Kau bisa menikmati makanan yang kau suka. Sepuas hati. 

Andaikan kau anakku, pasti kau akan kuajak ke taman bermain. Kan kubiarkan kau bermain sepuasnya. Bersama dengan anak-anak kecil yang ada di sana. 

Andaikan kau anakku, pasti kau akan kubawa ke toko mainan. Kau bisa memilih boneka mana yang kau suka. Supaya kemuraman itu berubah menjadi senyum ceria. 

Kau masih terlalu dini untuk mengetahui kegetiran hidup. Ayah dan ibu terkena penyakit mematikan. Kau melihat orangtuamu kesakitan setiap hari. Tapi kau tak berdaya untuk membantu orangtuamu. 

"Ria ingin jadi dokter. Supaya bisa mengobati papa dan mama."

Kau masih kelas dua esde. Tapi pikiranmu seperti orang dewasa. Kau lebih memikirkan orangtuamu dibanding keperluanmu sendiri. 

Aku merasa bangga bisa mengenalmu. Meskipun cuma sebagai guru les. Kau mengajarku arti kerajinan dan keteguhan. 

Engkau belajar tanpa banyak bicara. Meskipun tak ada keluhan keluar dari mulut, namun muka muram sudah mencerminkan duka karena orangtua sakit. 

"Bagaimana dia bisa ceria, kalau papa dan mamanya sakit? Dia melihat papa dan mamanya muntah-muntah dan berobat ke dokter hampir setiap hari."

Ibunya berkata seperti itu padaku. Aku tak bisa berkomentar apa-apa. Lidahku kelu. 

Ah, malang nian anak ini. Sekecil ini sudah merasakan duka. 

Namun di sisi lain, aku salut pada anak ini. Dia bisa jadi orang besar kelak. Dia rajin, taat beribadah, hormat pada orangtua. 

Biarlah aku bisa mengajarmu tentang bahasa Inggris selagi Tuhan masih mengizinkan. Membuatmu belajar sambil bermain, tersenyum, tertawa,meskipun cuma selama dua kali seminggu. 

Semoga kau berhasil kelak, nak. Meskipun kau bukan anakku, aku menganggapmu seperti anakku. Kau anak yang istimewa. Orangtuamu pasti bangga padamu. 

Semoga Tuhan selalu menyertaimu, nak. Aku akan selalu berdoa untukmu. 

*

Samarinda, 29 April 2019

Anton

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun