Wujudnya tak dikenali, hancur dipukul berkali-kali.Â
Darah bercucuran begitu rupa, jiwa pun seakan tercerabut dari raga.Â
Siksaan demi siksaan datang silih berganti, banyak orang memandang ke lain sisi.Â
Penderitaan yang luar biasa sakitnya, namun Dia tetap bungkam seribu bahasa, tak ada keluh kesah penyesalan keluar dari mulut-Nya.Â
Menjalani alur menuju kematian, Dia melangkah menuju penggenapan janji Tuhan.Â
Penggenapan janji Tuhan untuk menyelamatkan manusia, sehingga manusia bisa kembali kepada Allah Bapa.Â
Ini rencana Tuhan untuk kita, satu korban sudah cukup untuk menghapuskan dosa manusia selamanya.
Dia berjalan tertatih-tatih melewati Via Dolorosa, memanggul salib menuju bukit Golgota.
Dia disalib di Golgota, hinaan dan cacian masih datang menerpa.Â
Namun Dia tidak mengutuki mereka yang menghina dan mencerca, malahan Dia membela dan meminta ampunan dari Allah Bapa untuk mereka.Â
Dia bukan penjahat, namun dia ditempatkan bersama dengan para penjahat.Â
Sudah selesai, dua kata terakhir menandakan hidup-Nya sudah usai.Â
Dia menyerahkan nyawa, supaya setiap orang tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal kelak bersama Bapa di surga.Â
Siapakah Manusia itu, yang rela mati mengorbankan jiwa untuk kita yang penuh dosa dan tipu?Â
Dia bernama Tuhan Yesus Kristus, yang menjadikan kita kembali suci dan kudus.Â
Apabila kita percaya kepada-Nya, kita tidak akan binasa.Â
Kalau kita menyelesaikan pertandingan dalam hidup, hidup kekal akan kita regup.Â
Oleh karena Manusia itu, kita dan Allah Bapa menjadi satu.Â
Yesus yang membuat kita selamat, semoga kita terus menjaga iman dan tabiat.Â
*
Samarinda, 18 April 2019
Anton
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H