Mohon tunggu...
Hamdali Anton
Hamdali Anton Mohon Tunggu... Guru - English Teacher

Saya adalah seorang guru bahasa Inggris biasa di kota Samarinda, Kalimantan Timur. || E-mail : hamdali.anton@gmail.com || WA: 082353613105 || Instagram Custom Case : https://www.instagram.com/salisagadget/ || YouTube: English Itu Fun

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Pertanyaan Lugu Seorang Anak dan Menentukan Pilihan

18 April 2019   15:24 Diperbarui: 18 April 2019   15:31 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya pun, setelah beberapa saat berpikir, lalu berkata, "Ini hak setiap warga negara yang sudah layak untuk memberikan suara, memilih presiden dan wakil rakyat untuk lima tahun ke depan, Dra. Di tangan merekalah, presiden dan anggota legislatif, negara ini akan melangkah. Entah maju ke depan, jalan di tempat, atau mundur ke belakang. 

"Kalau bukan kita yang menentukan, siapa lagi? Kita bertanggung jawab untuk memilih putra-putri terbaik bangsa untuk memimpin. Nanti kalau sudah besar, baru kamu paham," kata saya pada Candra. 

Anak-anak sekarang memang sangatlah kritis. Mempertanyakan langsung apa yang mereka tidak mengerti. Tapi itu bagus. Berarti mereka tidak menerima langsung apa yang ada begitu saja. Mereka berusaha mencari jawaban yang logis atas apa yang mereka tidak tahu. 

Bangun pagi dan bergegas ke TPS

Rabu, Tanggal 17 April, 2019. Pemilu telah tiba.

Bangun agak terlambat, saya pun segera mandi, lalu berpakaian, dan segera meluncur ke TPS. 

TPS 024. Masih sangat lengang waktu saya tiba. Jam menunjukkan pukul tujuh lewat lima menit. 

Oya, saya belum menyebutkan kalau KTP-el saya masih beralamat di alamat sebelumnya, jadi mau tidak mau, saya harus mencoblos di TPS yang sesuai dengan alamat KTP.

Kembali ke TKP, eh TPS maksudnya. 

Saya sebenarnya janji dengan Pak RT untuk mengambil formulir C6 atau Surat Undangan Memilih di malam sebelum pemilu. Namun karena ada acara keluarga, saya tidak bisa datang.

"Ah, besok saja, waktu nyoblos," pikir saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun