Ada konsekuensi di balik setiap tindakan.
Sesuai aturan, ada upah menanti; berlawanan dengan aturan, ada hukuman menanti.
Tapi, ada fleksibilitas waktu. Jangan terlalu kaku, karena terkadang ada kegiatan-kegiatan yang di luar kendali kita, yang tidak bisa kita kontrol. Sesuaikan dengan kondisi yang ada.
Ketiga - Kebenaran tidak mutlak dari sisi ortu; Kalau anak benar, akui kalau kita salah
Namanya manusia, tidak ada yang sempurna. Pasti akan ada kesalahan yang dibuat.
Saya sering melihat orangtua yang otoriter, merasa diri harus dipatuhi sepenuhnya oleh anak. Mereka merasa diri selalu benar. Kebenaran absolut.
Saya saja sebagai guru, terkadang salah menjelaskan. Jadi saya minta maaf pada pertemuan selanjutnya kalau informasi yang saya berikan ke anak didik salah dan saya meralat informasinya.
Jangan gengsi untuk mengakui kesalahan. Malah dengan mengakui kesalahan, anak akan lebih menghargai dan menghormati kita sebagai orangtua.
* * *
Kasih tidak mentoleransi kesalahan. Kasih mendidik dalam kebenaran.
Kasih tidak membiarkan anak berbuat kesalahan. Itu bukan kasih, tapi membiarkan anak masuk ke jurang yang dalam. Sebagai orangtua, mendidik anak itu wajib, keharusan yang tak bisa ditawar-tawar lagi.
Sakit dalam mendidik? Memang. Tapi nantinya hasil akan terlihat, apabila sang anak tumbuh dewasa. Kemana pun dia pergi, Anda sudah tak akan khawatir kalau dia akan membuat malu Anda, karena anak Anda sudah bisa menjaga diri dan membawa diri di mana pun dia berada, karena nilai-nilai moral yang Anda sudah tanamkan sejak dini sudah terpatri di benaknya.