Namun apa daya? Semuanya sudah menjadi bubur. Dia menuai apa yang dia sudah tabur.
Jarum jam seakan tak bersahabat dengannya. Mendekati tengah malam, pergantian tahun, seakan begitu cepatnya.Â
"Apa yang dilakukan Sumi dan Rian? Mungkin mereka sudah tidur, karena toh, malam ini bagi mereka, tak ubahnya malam-malam sebelumnya. Kepala keluarga tidak akan pulang sebelum fajar menyingsing. Tahun baru? Apa juga yang harus dirayakan! Mereka tak punya uang untuk merayakan!"
Perasaan Parjo semakin pedih.
Seandainya dia berani buka usaha, pasti dia tidak akan jadi seperti ini.
Seandainya dia bukan penjaga malam, takkan dia berada di pos terkutuk ini meratapi kemalangan diri.
Seandainya ....
Seandainya ....
Berandai-andai yang tak ada gunanya. Tidak akan mengubah nasibnya.
Duar, duar, duaaaaar
"Ah, sudah tahun baru. Tahun baru yang sama. Tidak berubah. Apakah tahun berikut juga begitu? Tahun depan aku tetap berada di pos ini, gigit jari meratapi nasib malang, sedangkan orang lain bersukaria karena menatap masa depan yang gilang gemilang?"