Mohon tunggu...
Hamdali Anton
Hamdali Anton Mohon Tunggu... Guru - English Teacher

Saya adalah seorang guru bahasa Inggris biasa di kota Samarinda, Kalimantan Timur. || E-mail : hamdali.anton@gmail.com || WA: 082353613105 || Instagram Custom Case : https://www.instagram.com/salisagadget/ || YouTube: English Itu Fun

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Mungkin Kita Tak Akan Ketemu Lagi"

31 Desember 2018   15:55 Diperbarui: 31 Desember 2018   16:36 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar : makingdifferent.com

Judul di atas membuat saya sedih. Kalimat di atas keluar dari teman waktu smp dulu, sebut saja Robin.

Dia berkata begitu karena imbas dari beberapa suami dari teman-teman perempuan kami yang meninggal.

"Kita tak tahu kapan kita dipanggil Tuhan, Ton."

Itu pertemuan sekitar sebulan yang lalu.

Malam ini saya terhentak lagi dengan pernyataan teman saya yang sudah saya anggap saudara. 

Dia, sebut saja Brandon, mempunyai masalah yang kompleks, mulai dari mata yang buram, sehingga tidak bisa melihat dengan jelas, masalah diabetesnya, tekanan darah yang rendah, sampai ginjal yang kata dokter juga mengalami 'sedikit' gangguan.

Saya tidak lama di rumahnya, karena selain kasihan, juga untuk memberikan kesempatan istirahat bagi kawan saya itu. 

Hidup penuh ketidakpastian

Setelah saya sampai di rumah, saya merenungkan apa yang baru saja saya alami. 

Mendengar teman saya seakan sudah putus asa dan tinggal menunggu mati membuat saya sedih dan juga sekaligus berkaca pada diri sendiri.

Apakah aku akan mengalami hal yang sama seperti teman saya ini? 

Sakit yang begitu menyesakkan, menyiksa, dan menimbulkan keputusasaan. 

Seandainya aku mengalaminya, apakah aku sanggup?

Saya tak bisa membayangkan mata saya buram sehingga tidak bisa membaca Alkitab dan terutama tidak bisa menulis.

"Saya suka membaca Alkitab, tapi sekarang saya tidak bisa melakukannya," kata Brandon lirih. 

Dulu teman saya ini terlihat kokoh dan kuat, sekarang saya sedih melihatnya dalam kondisi saat ini.

Hidup penuh ketidakpastian, di luar dari pemikiran kita. 

Jagalah Tali Silaturrahmi dan Kesehatan Tubuh

Dari sini, saya jadi semakin menguatkan diri untuk bekerja keras selagi bisa, sehingga bisa hidup berkecukupan, atau berlimpah sekalian, sehingga di waktu kondisi tubuh sudah tidak prima lagi, tidak pusing soal biaya.

Bukan berarti saya mendewakan kekayaan. Tidak sama sekali.

Uang bukan segalanya, tapi segalanya butuh uang. 

Tapi yang juga penting adalah kesehatan. Percuma punya uang banyak, tapi sakit-sakitan. Mau makan enak tidak bisa.

Olahraga sangatlah perlu dilakukan untuk menjaga kesehatan tetap ada. 

Menjadi hal yang juga penting adalah menjaga tali silaturrahmi tetap terjalin dengan baik karena biar bagaimana para teman itu pernah mengisi warna kehidupan kita. Dan juga, sebagai makhluk sosial, kita membutuhkan bantuan orang lain. Siapa tahu, kelak kita membutuhkan bantuan teman-teman kita itu.

Jadi, bertemanlah dengan sebanyak mungkin orang, karena dengan banyak teman, kita pun bisa mendapat banyak rezeki.

'Istilahnya bukan banyak anak, banyak rezeki; tetapi banyak teman, banyak rezeki'

*

Samarinda, 31 Desember 2018

Anton

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun