Ini satu dari beberapa dalih para guru yang saya dengar.
Sudah bukan rahasia lagi kalau budaya copas atau copy - paste sudah mendarahdaging di Indonesia.
Artikel di blog orang lain di-copy, lalu di-paste di blog pribadi dan mengaku kalau itu artikel buatan sendiri.
Begitu juga dengan RPP. Â RPP sudah bertaburan di dunia maya. Tinggal pilih yang sesuai dengan selera.
Apakah itu salah?
Saya tidak menghakimi guru-guru yang berbuat seperti itu, karena memang beban kerja guru untuk menjalankan kurikulum 2013 sangatlah berat dan menyita waktu.
Saya rasa, jangan ATP ( Amati, Tiru, Plek ), tapi ATM ( Amati, Tiru, Modifikasi). Dengan begitu, RPP-nya tidak persis sama dengan yang mula.
Nah, tapi yang saya maksud selain menulis rpp adalah mereka menulis puisi, novel, cerpen, atau artikel, sehingga dengan begitu pesan tidak sepenuhnya hanya dari segi keilmuan belaka, namun juga dari sisi seni.
Pengaruhnya sangat jelas terasa pada saya dimana pesan pembelajaran bisa saya sampaikan dengan baik (menurut saya sih, Â hehehe ^_^), dan yang terutama, tidak banyak waktu terbuang karena harus menjelaskan ulang karena peserta didik tidak paham.
Menulis melatih kejelasan pikiran sehingga pesan bisa dipahami dengan mudah.
Ketiga - Meninggalkan pesan ke dunia