Mohon tunggu...
Hambali Tamher
Hambali Tamher Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

No one

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Socially The City Of Tual

2 September 2012   08:41 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:01 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

3. Pedagang kecil (warung makan, tukang sayur, toko pakaian, toko sembako [range pendapatan perbulan sekitar 10 s/d 30 juta] pedagang kaki lima)

4. Buruh

5. Nelayan

6. Penjual jasa (sopir angkutan, ojek, pertungan[umumnya pengagguran])

Sebagian besar masyarakat bekerja pada sektor yang saya sebut 'kasar' seperti buruh kasar/halus, nelayan, tukang, petani, sopir angkutan, ojek. Sedangkan sisanya berada pada sektor yang sebut juga sebagai 'halus' yakni PNS, pedagang, pengangguran, pelajar.

Kemudian, Tual juga terkenal multikultur. Betapa tidak, kita lihat saja terdapat suku kei (suku asli), suku bugis, suku makassar, suku buton, etnis tonghoa, suku padang. Penyebutannya selalu menyamakan dengan asal muasal orang-orangnya, semisal, orang padang, sama saja dengan suku padang, kiranya seperti itulah tata cara orang mengindentifikasi orang di Tual ini.

Tual juga adalah pulau yang umumnya adalah terdiri dari satuan karang-karang yang membentuk pulau, ini mengakibatkan bercocok tanam di sini tidak terlalu bagus dan bisa jadi sangat buruk hasilnya karena struktur tanah yang tidak memadai standar kesuburan tanah. Adapun tanaman asli seperti 'enbal' atau sejenis singkong, kemudian untuk kategori buah adalah mangga dan kelapa lebih khusus kelapa karena memang kelapa adalah tumbuhan endemis diwilayah kepulauan.

Satu hal yang sangat penting dalam melihat kondisi kampungku ini adalah 'asupan bacaan' yang kurang. Bila kita 'buka mata' maka yang kita temui di seluruh Negeri ini sama adanya, tetapi ada standarisasi yang membedakan khususnya dalam hal SDM ini. Rasanya sangat naif bahkan bisa dikatakan gila, kalau saya mengatakan bahwa SDM Kota Tual setara dengan SDM Yogyakarta! Ini kan bohong! Jelas perbedaannya sangat jauh. Bukan berarti saya pesimis dengan ketertinggalan kampung saya ini.

Saya sangat bersyukur karena kesadaran 'melek-pengetahuan' telah tumbuh dengan baik dikalangan generasi muda di kampung saya ini, ini bisa ditunjukan dengan jumlah manusia yang terus mencari ilmu atau belajar diluar daerah. Tidak tanggung-tanggung, jumlah pertahunnya jika saya coba hitung sekilas, berdasarkan kota-kota tujuan belajar :

1. Makassar (Sulsel) : 30 s/d 70 orang pertahun

2. Yogyakarta : 10 s/d 40 orang pertahun

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun