Di era gempuran modernisasi dengan akses pengetahuan melalui jejaring sosial yang sangat mudah, pengaruh budaya luar negeri sangat mudah diserap oleh masyarakat kita terutama murid atau remaja. Dengan tetap mengenakan batik dan pakaian tradisional lainnya, murid masih akan mengenal jati dirinya sebagai warga negara Indonesia yang kaya akan budaya.
Biarkan murid mengakses berbagai pengetahuan dari berbagai negara, dengan tetap mendalami kebudayaan Indonesia. Murid dapat berpikir global tetapi tetap berperilaku lokal.
Mengenakan pakaian adat, tradisional, batik dan apapun yang bernuansa Indonesia di sekolah adalah cara ampuh untuk mempertahankan kebudayaan Indonesia sejak anak-anak masih dini. Dengan begitu, diharapkan anak-anak penerus bangsa tetap cinta pada budaya sendiri seiring memehami budaya asing.
Pengalaman Mengenakan Pakaian Adat dalam Beberapa Kegiatan Pendidikan
Pengalaman pribadi saya sebagai guru, beberapa kali mengenakan pakaian adat atau tradisional dalam berbagai kegiatan yang kaitannya dengan pendidikan. Pakaian adat tidak dikenakan setiap hari, maka ketika mengenakan pakaian itu terasa sangat istimewa dan merasa begitu Indonesia.
Pengalaman ketika masih mengajar di SMA Negeri 13 Ambon, kami mengenakan pakaian tradisional Ambon bernama baju cele setiap Kamis kedua dan keempat di setiap bulan berjalan. Sedangkan Hari Kamis pertama dan ketiga di setiap bulan berjalan, kami mengenakan pakaian batik. Batik yang identik dengan Indonesia dan baju cele yang identik dengan budaya Maluku bergantian dikenakan di sekolah baik oleh guru maupun para murid.
Baju cele juga pernah saya kenakan ketika mengikuti Pelatihan Guru Bahasa Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste di Nusa Dua, Bali tahun 2019 lalu. Dengan percaya diri saya mengenakan baju cele motif kotak-kotak merah itu dalam pelatihan yang digelar oleh Kedutaan Amerika Serikat dan Regional English Language Office itu.
Berikutnya, saya juga pernah mengenakan pakaian kebaya kuthu baru dan kain batik dalam gelaran karnaval budaya saat perayaan HUT RI 2023 lalu. Lapangan upacara begitu riuh dan semarak dengan peserta yang semuanya mengenakan pakaian adat dari berbagai daerah di Indonesia.
Pada April 2024 lalu saya juga mengenakan baju lurik dan kain batik, pakaian khas Surakarta dalam kegiatan Lokakarya 7 Panen Hasil Belajar Program Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 9, Kabupaten Buru, Maluku. Acara Panen Hasil Belajar digelar dengan meriah dengan busana tradisional warna-warni dari setiap Calon Guru penggerak dan Pengajar Praktik.
Berikutnya pada gelaran upacara Hari Pendidikan Nasional pada Bulan Mei 2024 ini, saya mengenakan kain dari Kota Bau-bau, Sulawaesi Tenggara. Kain bermotif garis juga bling-bling dari benang emas itu dilengkapi dengan selendang dengan motif senada.
Demikian beberapa pengalaman bahagia dan bangganya mengenakan pakaian tradisional dari berbagai daerah di Indonesia.Â
Semoga masyarakat Indonesia semakin cinta dengan budaya yang sudah diwariskan oleh nenek moyang terdahulu.