Mohon tunggu...
Halima Maysaroh
Halima Maysaroh Mohon Tunggu... Guru - PNS at SMP PGRI Mako

Halima Maysaroh, S. Pd., Gr. IG/Threads: @hamays_official. Pseudonym: Ha Mays. The writer of Ekamatra Sajak, Asmaraloka Biru, Sang Kala, Priangga, Prima, Suaka Margacinta, Bhinneka Asa, Suryakanta Pulau Buru

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mengenakan Pakaian Adat dalam Berbagai Kegiatan Pendidikan

28 Mei 2024   11:42 Diperbarui: 28 Mei 2024   19:41 618
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengenakan pakaian adat dalam kegiatan Panen Hasil Belajar Program Pendidikan Guru Penggerak (dokumentasi pribadi)

Indonesia kaya akan ragam pakaian adat di setiap daerahnya. Dari Sabang sampai Merauke terdapat aneka pakaian tradisional dengan berbagai model, bentuk dan warna sebagai identitas suatu adat dari daerah tertentu. Maka setiap pakaian adat dari masing-masing daerah memiliki makna tersendiri.

Misalnya, makna pakaian adat kebaya adalah simbol kesabaran dan lemah lembut seorang wanita. Atau baju lurik yang menjadi simbol batas pemisah antara kebaikan dan keburukan. Masih sangat banyak makna dan beragamnya pakaian adat di Indonesia. Iya benar, Indonesia sekaya itu.

Begitu kaya Indonesia dengan ragam pakaian adatnya, tetapi dulu hanya dikenakan dalam momentum tertentu saja. Seperti acara upacara adat dan upacara pernikahan saja. Pakaian adat belum begitu familiar dalam dunia pendidikan yang sesungguhnya tempat membentuk karakter.

Hingga di tahun 2017, Presiden Indonesia mengenakan pakaian adat ketika upacara bendera pada momentum HUT Republik Indonesia. 

Ketika itu Bapak Presiden mengenakan pakaian adat dari Batu Licin, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. Setelah itu Presiden Republik Indonesia selalu mengenakan pakaian adat di setiap tahunnya pada upacara HUT Republik Indonesia.

Belakangan penggunaan pakaian adat pada upacara kenegaraan ini ternyata merambah dalam dunia pendidikan juga. Misalnya pada saat perayaan hari kemerdekaan, para guru dan murid dianjurkan untuk mengikuti karnaval budaya dengan mengenakan pakaian adat dari berbagai daerah.

Contoh paling terbaru ketika perayaan Hari Pendidikan Nasional 2024, terdapat surat edaran yang diperuntukkan kepada para guru dan murid untuk mengenakan pakaian adat saat pelaksanakan upacara Hardiknas. Pemberitahuan ini dilaksanakan dengan seksama dan dengan senang hati. Lapangan upacara bak lautan warna-warni.

Pakaian Adat Menjadi Salah Satu Pilihan Seragam Sekolah

Pakaian adat atau pakaian tradisional menjadi pakaian pilihan seragam sekolah sejak tahun 2022. Bukan menjadi seragam wajib, hanya menjadi pilihan untuk hari atau perayaan tertentu di sekolah.

Dilansir dari laman kemdikbud.go.id terkait kebijakan siswa mengenakan pakaian adat tertuang pada Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nomor 50 tahun 2022 tentang Pakaian Seragam Sekolah Bagi Peserta Didik Jenjang Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Dalam aturan terbaru ini disebutkan bahwa peserta didik dapat mengenakan baju adat pada hari atau acara adat tertentu.

Di berbagai sekolah di Indonesia, guru dan murid mengenakan pakaian adat pada Hari Kamis atau Hari Sabtu. Kembali lagi ini adalah seragam sekolah pilihan bukan wajib. 

Sebenarnya sebelum tahun 2022 yang ramai dengan perbincangan pakaian adat, guru dan murid sudah lama dianjurkan untuk mengenakan seragam yang nuansanya tradisional dan warisan bangsa yaitu pakaian batik. Mengenakan pakaian batik bahkan masih berlangsung hingga kini.

Di era gempuran modernisasi dengan akses pengetahuan melalui jejaring sosial yang sangat mudah, pengaruh budaya luar negeri sangat mudah diserap oleh masyarakat kita terutama murid atau remaja. Dengan tetap mengenakan batik dan pakaian tradisional lainnya, murid masih akan mengenal jati dirinya sebagai warga negara Indonesia yang kaya akan budaya.

Biarkan murid mengakses berbagai pengetahuan dari berbagai negara, dengan tetap mendalami kebudayaan Indonesia. Murid dapat berpikir global tetapi tetap berperilaku lokal.

Mengenakan pakaian adat, tradisional, batik dan apapun yang bernuansa Indonesia di sekolah adalah cara ampuh untuk mempertahankan kebudayaan Indonesia sejak anak-anak masih dini. Dengan begitu, diharapkan anak-anak penerus bangsa tetap cinta pada budaya sendiri seiring memehami budaya asing.

Pengalaman Mengenakan Pakaian Adat dalam Beberapa Kegiatan Pendidikan

Pengalaman pribadi saya sebagai guru, beberapa kali mengenakan pakaian adat atau tradisional dalam berbagai kegiatan yang kaitannya dengan pendidikan. Pakaian adat tidak dikenakan setiap hari, maka ketika mengenakan pakaian itu terasa sangat istimewa dan merasa begitu Indonesia.

Pengalaman ketika masih mengajar di SMA Negeri 13 Ambon, kami mengenakan pakaian tradisional Ambon bernama baju cele setiap Kamis kedua dan keempat di setiap bulan berjalan. Sedangkan Hari Kamis pertama dan ketiga di setiap bulan berjalan, kami mengenakan pakaian batik. Batik yang identik dengan Indonesia dan baju cele yang identik dengan budaya Maluku bergantian dikenakan di sekolah baik oleh guru maupun para murid.

Baju cele juga pernah saya kenakan ketika mengikuti Pelatihan Guru Bahasa Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste di Nusa Dua, Bali tahun 2019 lalu. Dengan percaya diri saya mengenakan baju cele motif kotak-kotak merah itu dalam pelatihan yang digelar oleh Kedutaan Amerika Serikat dan Regional English Language Office itu.

Berikutnya, saya juga pernah mengenakan pakaian kebaya kuthu baru dan kain batik dalam gelaran karnaval budaya saat perayaan HUT RI 2023 lalu. Lapangan upacara begitu riuh dan semarak dengan peserta yang semuanya mengenakan pakaian adat dari berbagai daerah di Indonesia.

Pada April 2024 lalu saya juga mengenakan baju lurik dan kain batik, pakaian khas Surakarta dalam kegiatan Lokakarya 7 Panen Hasil Belajar Program Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 9, Kabupaten Buru, Maluku. Acara Panen Hasil Belajar digelar dengan meriah dengan busana tradisional warna-warni dari setiap Calon Guru penggerak dan Pengajar Praktik.

Berikutnya pada gelaran upacara Hari Pendidikan Nasional pada Bulan Mei 2024 ini, saya mengenakan kain dari Kota Bau-bau, Sulawaesi Tenggara. Kain bermotif garis juga bling-bling dari benang emas itu dilengkapi dengan selendang dengan motif senada.

Demikian beberapa pengalaman bahagia dan bangganya mengenakan pakaian tradisional dari berbagai daerah di Indonesia. 

Semoga masyarakat Indonesia semakin cinta dengan budaya yang sudah diwariskan oleh nenek moyang terdahulu.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun