Bujukan moral mungkin lebih mudah ditangani oleh seorang kepala sekolah. Sebab jika kepala sekolah sadar akan bujukan moral yang buruk, maka dengan mudah akan dihindarinya. Misalnya, suap dari orangtua murid, nepotisme, dan korupsi.
Namun berbeda dengan dilema etika yang membawa seorang kepala sekolah berada di antara dua perkara yang benar. Di mana kepala sekolah harus membuat kebijakan tanpa mengorbankan pihak lainnya.Â
Misalnya, seorang murid yang tidak memenuhi kriteria ketuntasan minimal ketika para dewan guru dan kepala sekolah melakukan streaming nilai.Â
Jika nilai tetap dipertahankan, maka murid tidak akan naik kelas dan kemungkinan besar murid akan malu dan putus sekolah. Namun, jika tidak dipertahankan dengan nilai yang sebenarnya, artinya melanggar etika dengan merekayasa nilai.
Pada kasus dilema etika, seorang kepala sekolah yang ideal harus mampu mengeluarkan kebijakan yang tepat. Tentunya keputusan itu tidak merugikan murid dan tidak melanggar etika sebagai guru dan kepala sekolah.
Demikian beberapa poin yang dapat saya ulas untuk menjadi kepala sekolah yang ideal dalam mengambil keputusan atau kebijakan. Walau seorang kepala sekolah memiliki karakteristik yang berbeda-beda, tetapi memiliki karakter yang ideal sebagai pemimpin itu sangat penting.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H