Bukan hanya ketika memutuskan sebuah kebijakan, tetapi juga ketika kebijakan itu dilaksanakan, kepala sekolah turut berperan dalam melaksanakan kebijakan tersebut.Â
Kepala sekolah mampu mengontrol dan merefleksi dari kebijakan-kebijakan yang diambil selama proses pelaksanaannya. Jadi, kepala sekolah bukan hanya memimpin, tetapi juga berada di batang tubuh sebuah kebijakan.
Tut wuri handayani mencerminkan sikap seorang kepala sekolah atau pemimpin yang mampu mengontrol juga mampu memacu seluruh anggota sekolah untuk memenuhi kebijakan tersebut. Walau kebijakan itu harus disepekati bersama, tetapi kepala sekolah memiliki kendali atas keberhasilan pelaksanaannya.Â
Dari belakang, kepala sekolah memberi arahan sesuai dengan kebutuhan kebijakan. Tetapi di sini sifatnya bukan mendoktrin atau memaksakan kehendak. Dari belakang kepala sekolah mendorong dan mengarahkan sesuai dengan apa-apa yang ditargetkan.
Kepala Sekolah Mampu Menjadi Coach
Selain menjadi pemimpin, kepala sekolah juga harus mampu menjadi coach sekaligus fasilitator bagi para guru. Kepala sekolah yang ideal untuk mengambil keputusan adalah kepala sekolah yang mampu menjadi coach bagi segala permasalahan yang dihadapi di lingkup sekolah.
Menjadi coach bukan berarti berwewenang menyelesaikan semua masalahan sesuai dengan kehendak kepala sekolah. Tetapi menjadi fasilitator bagi guru dan masalahnya.Â
Dalam coaching, seorang kepala sekolah mewadahi guru untuk membagi masalah dan berinisitif menyelesaikan masalahnya. Posisi coach hanya mendengarkan dan menjadi pengiring ketika sebuah keputusan atau penyelesaian masalah dipilih.
Dengan kepala sekolah berperan sebagai coach, segala kebijakan dalam menyelesaikan sebuah masalah tidak hanya dikeluarkan dari sudut pandang kepala sekolah saja.Â
Penyelesaian dapat diputuskan dari sudut padang yang memiliki masalah itu sendiri. Sehingga ke depannya, akan lebih mampu bertanggung jawab atas keputusan yang diambil bersama melalui coaching.
Kepala Sekolah Mampu Memosisikan Diri dalam Dilema Etika dan Bujukan Moral
Seorang kepala sekolah yang kebijakannya akan dilaksanakan oleh seluruh perangkat sekolah tentu menjadi beban tersendiri. Kebijakan yang tepat akan membawa sekolah kedalam kemakmuran belajar. Sedangkan kebijakan yang kurang tepat, akan membawa kerancuan dalam sebuah kebijakan.
Masalah tidak selamanya berada di antara baik dan buruk, atau disebut bujukan moral. Masalah juga dapat di antara dua pilihan yang sama-sama benar.