Mohon tunggu...
Halima Maysaroh
Halima Maysaroh Mohon Tunggu... Guru - PNS at SMP PGRI Mako

Halima Maysaroh, S. Pd., Gr. IG/Threads: @hamays_official. Pseudonym: Ha Mays. The writer of Ekamatra Sajak, Asmaraloka Biru, Sang Kala, Priangga, Prima, Suaka Margacinta, Bhinneka Asa, Suryakanta Pulau Buru

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Marak Emak-emak Jadi Kreator Konten: Akun Facebook Profesional Tak Imbang dengan Sikap Profesional Penggunanya

14 Januari 2024   09:21 Diperbarui: 14 Januari 2024   21:19 2607
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bak selebgram, emak-emak jadi kreator konten di Facebook. Belakangan gencar berseliweran emak-emak membagikan tangkap layar hasil bayaran dari konten di platform Facebook yang dikenal banyak dihuni emak-emak itu. Dadakan emak-emak memanfaatkan monetisasi akun FB yang di-switch menjadi akun profesional.

Dadakan pula emak-emak mengekspos segala kegiatannya. Dari kegiatan masak-masak, beberes, ngurus anak, jualan dan lain-lain. Dari konten yang sangat berfaedah sampai sesuatu yang tidak layak secara kualitas untuk menjadi konten yang dikonsumsi publik.

Mungkin tampak terlambat, sebab fitur mengubah akun menjadi profesional sudah sejak lama dipakai para penguna Instagram. Tetapi saat ini, produktivitas emak-emak dalam membuat konten tidak kalah dengan influencer di Instagram.

Sejatinya tujuan membagikan konten video, gambar dan tulisan adalah untuk menyampaikan pesan  dan menjadi pengaruh baik. Seorang kreator konten tak ubahkan seorang influencer yang dapat memberikan pengaruh baik kepada orang lain. 

Setidaknya konten yang dibagikan adalah konten yang menghibur jika memang niche atau target dari akun sosial medianya adalah hiburan. Masih bisa dianggap bermanfaat.

Kadang emak-emak di Facebook belum siap secara sosial untuk menjadi kreator konten atau influencer. Mereka belum mampu membedakan cara penggunaan antara akun personal dan akun profesional. 

Setelah akun diubah menjadi profesional, postingan penggunanya masih sama dengan akun sebelum-sebelumnya. Mengeluh, menghujat, julid, itu bukan etika dari akun profesional.

Etika akun profesional

Seorang yang telah mengubah akunnya menjadi akun profesional, harus siap mental untuk menjadi kreator konten yang akan meng-influence pemirsanya. Ada etika yang harus dijaga untuk mempertahankan personal branding. Ada ego personal yang harus dipilah untuk layak dikontenkan.

Seorang kreator konten dengan akun profesional harus dapat membedakan posisinya sebagai pengguna akun media sosial personal. Yang dulunya, mengeluh di media sosial, menghujat, menyindir, seharusnya sudah tidak dilakukan lagi ketika akun telah  berubah menjadi profesional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun